Peran Mahasiswa dan Sejarah Bangsa

Written By Unknown on Senin, 27 Desember 2010 | 11.19

Mahasiswa dan Sejarah Bangsa Apabila kita melihat film-film action hero yang di
adaptasi dari buku-buku komik karya sineas
holywood, maka begitulah kira-kira bentuk hubungan
antara mahasiswa dan perjalanan sejarah
bangsanya. Mahasiswa selalu hadir di saat bangsanya
ada dalam posisi genting, terdesak, dan terancam eksistensinya. Layaknya pahlawan super hero yang
menyelamatkan penduduk dari ancaman kejahatan
para begundal yang mengganggu mereka. Dalam konteks Indonesia, maka analogi di atas berarti
mahasiswa adalah barisan golden generations yang
siap melahirkan perubahan demi perubahan bagi
bangsanya dalam koridor mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional Indonesia merdeka, serta menjaga
eksistensi bangsa dari setiap usaha-usaha yang berusaha mengingkari cita-cita dan tujuan nasional
tersebut yang merupakan kontrak sosial dasar
terbentuknya bangsa Indonesia. Dengan demikian, mahasiswa harus menjadi man of
idea yang memberikan gambaran visi tentang masa
depan bangsa, sekaligus menjadi creative minority
yang melahirkan inovasi-inovasi di tengah kejumudan
bangsa dalam menghadapi berbagai masalah dan
tantangan kehidupan berbangsa. Mereka menghadirkan gagasan dan nilai-nilai pembaharuan
sebagai semangat zaman baru ke tengah
masyarakat, yang merupakan hasil pembacaan
mereka terhadap tanda-tanda zaman yang terus
bergerak. Gagasan dan nilai-nilai Ini merupakan
modal utama bagi mahasiswa untuk merakayasa sebuah perubahan sosial, karena pada dasarnya
perjuangan mahasiswa bukan merupakan
perjuangan untuk kekuasaan un sich, melainkan
menegakkan gagasan dan nilai-nilai pembaharuan
tadi untuk menggantikan status quo yang sudah tidak
relevan lagi dengan zamannya. Sebagai contoh gerakan kebangkitan nasional 1908,
para mahasiswa pada waktu itu dapat menangkap
semangat zaman yang dihasilkan oleh politik etis
Belanda, dimana pendidikan telah melahirkan
kesaaran massa mengenai kesamaan nasib meeka
yang dijajah dan mampu untuk dirasionalisasikan lewat gerakan-gerakan organisasi yang menuntut
untuk diakuinya hak-hak penduduk pribumi. Pada
gerakan pemuda 1928, isu mereka sudah beralih
pada isu persatuan nasional yang mampu
merasionalisasikan keberagaman yang terdapat pada
Hindia Belanda menjadi sebuah entitas politik, satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yang
bernama Indonesia. kemudian, gerakan mahasiswa (baca:pemuda) 1945,
meskipun tidak terlalu menonjol dalam sejarah
namun peranan mereka tidak bisa diabaikan begitu
saja. Mereka memperjuangkan sebuah gagasan dan
nilai luhur mengenai sakralnya kemerdekaan bagi
bangsa mereka, sehingga kemerdekaan itu harus direbut, bukan hadiah dari bangsa lain. Akibatnya
terjadilah peristiwa Rengasdengklok yang memaksa
Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera
memproklamirkan kemederkaan agar tidak terkesan
kemerdekaan nantinya adalah pemberian Jepang. Gerakan mahasiswa 1966 memperjuangkan gagasan
dan nilai mengenai anti kediktatoran, anti kemiskinan,
anti komunisme yang ke semua hal itu jelas
bertentangan dengan tatanan kebangsaan kita yang
tercantum pada Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Rasionalisasi gerakan tersebut ialah dengan mengganti kepemimpinan nasional serta melahirkan
pembangunan sebagai semangat zaman yang
menjanjikan kesejahteraan ekonomi bagi rakyat
Indonesia dan kehidupan politik yang lebih
demokratis. Namun, apa yang diperjuangkan oleh gerakan
mahasiswa pada 1966 tersebut ternyata tidak
menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan,
kecuali memang ada sedikit perbaikan di sektor
ekenomi, pemerintahan Orde Baru malah
memerankan kediktatroan yang jauh lebih ganas daripada pendahulunya. Itulah yang dijadikan tema
perlawanan oleh gerakan mahasiswa 1974, 1978,
dan sampai pada puncaknya pada 1998. Mereka
memperjuangkan tatanan nilai untuk menghapus
rezim yang korup (KKN), anti HAM, serta anti
demokrasi, dan melahirkan reformasi sebagai semangat zaman yang akan mengawal perubahan
yang mereka aspirasikan. Gerakan Mahasiwa dan Strategi Perjuangan Berdasarkan penjelasan di atas sudah jelas bahwa
sejarah pergerakan Indonesia adalah sejarah
pergerakan gerakan mahasiswa (karena pemuda
pada waktu itu yang memiliki kesadaran untuk
menggalang pergerakan perlawanan adalah pemuda-
pemuda terdidik dan mahasiswa). Sehingga kita sebagai pemuda dan mahasiswa hari ini memiliki
tanggungjawab dan beban sejarah untuk melanjutkan
misi dan tugas yang telah di wariskan oleh pemuda-
pemuda terdahulu untuk melakukan perubahan
menghadapi keadaan bangsa saat ini. Ada dua kesamaan kata kunci strategi yang dipakai
oleh gerakan mahasiswa dalam perjuangannya, yaitu
organisasi dan radikalisasi. Organisasi berfungsi
sebagai wadah pemersatu elemen-elemen
perjuangan baik itu berupa orang, sumber daya,
maupun strategi, untuk menjadi menjadi satu kesatuan kekuatan yang utuh dan tidak tercerai-
berai, memiliki visi yang sama dan memiliki
manajemen dalam melakukan perlawanan. Radikalisasi adalah siera qua non dalam perjuangan
mahasiswa, karena perjuangan mahasiswa akan vis
a vis dengan status quo. Namun radikaliasai di sini
tidak selalu identik dengan kekerasan semata,
kekerasan hanya merupakan ekses dari perlawanan
yang bersentuhan langsung dengan kekuatan status quo yang tidak ingin ada perubahan. Radikalisasi yang
dimaksud lebih pada tatanan nilai yang merupakan
hasil pemikiran yang ada di luar mainstream pada
saat itu dan juga merupakan solusi sekaligus proyeksi
terhadap pemasalahan, serta mampu menggerakkan
alam kebatinan rakyat untuk sadar dan mau bergerak untuk merubah kondisi yang ada pada saat itu.
Karena jelas gagasan adalah alat yang paling efektif
dalam melakukan perlawanan. Karena, pada dasarnya rakyat bukan tidak
merasakan atau tidak tahu mengenai kondisi
kehidupannya sendiri, namun mereka tidak mampu
memformulasikan pandangannya tersebut ke dalam
sebuah gagasan dan nilai, mereka hanya pada
sampai pada tahap mengeluh sebagai korban dari ketidakadilan yang atas apa yang mereka rasakan.
Peran gerakan mahasiswa dalam hal inilah
menangkap keresaha-keresahan tersebut, kemudian
memformulasikannya ke dalam sebuah gagasan dan
nilai yang menjadi dasar dari perjuangan mereka
menciptakan perubahan sosial. Dengan berbekal kekuatan gagasan dan nilai
tersebut, gerakan mahasiswa menjadi kekuatan
pelopor dan pemimpin perubahan yang mampu
menggerakan setiap sumber daya yang ada untuk
mendukung gerakan mahasiswa serta melakukan
perlawanan terhadap ketiakadilan tersebut. Dengan begitu, radikalisasi gerakan mahasiswa berfungsi
sebagai pemicu sekaligus martir untuk memulai
sebuah perubahan, yang merupakan pra kondisi
sebelum terjadi gerakan sosial dalam skala yang lebih
besar ketika rakyat sudah ikut bergerak untuk
menciptakan perubahan sosial. Karena rumus peradaban sudah tertulis bahwa tidak
mungkin ada perubahan tanpa perlawanan, tidak
mungkin ada perlawanan tanpa pemimpin, dan tidak
mungkin ada pemimpin perubahan yang tidak radikal. Fungsi Organisasi Gerakan Mahasiswa Diatas kita sudah melihat betapa vitalnya peranan
gerakan mahasiswa bagi bangsa Indonesia.
Pertanyaan besarnya, apa logika yang berkerja di
balik terciptanya peran tersebut. Mahasiswa
merupakan entitas yang istimewa di dalam struktur
masyarakat Indonesia, mereka adalah golongan terpelajar, yang masih kecil kuantitas serta
kualitasnya di Indonesia. hal ini menjadikan
mahasiswa termasuk dalam kelompok elite di dalam
masyarakat yang memiliki akses terhadap sumber
daya politik, ekonomi, intelektual. Konsekuensi dari luasnya ilmu pengetahuan dan
wawasan yang dikuasainya, menjadikan mahasiswa
merupakan kelompok yang tercerahkan yang
memiliki kesadaran kritis terhadap lingkungan
disekitar mereka. kesadaran ini mendorong
mahasiswa memenuhi panggilan sejarah peradaban, untuk melanjutkan misi-misi kenabian (misi profetik),
yaitu sebuah tradisi progressif untuk mendorong
perubahan struktural guna mewujudkan peradaban
manusia untuk menjadi lebih adil dan sejahtera serta
membebaskan manusia dari segala problematiknya. Kombinasi kedua hal diatas mengubah mahasiswa
sebagai intelektual organik, yaitu sebagai agen
perubahan sosial yang tidak saja berkutat di menara
gading sebagai pengamat dan penghasil teori sosial
belaka, namun turut serta berproses dalam
menggagas, merekayasa, dan melaksanakan perubahan sosial itu sendiri. Mereka bersentuhan
dengan realitas sosial, mampu mencerahkan
kehidupan manusia lainnya dengan berperan sebagai
problem solver dan inovator peradaban. Dengan
demikian, tidak mengherankan bila mahasiswa
merupakan duta masa depan, karena secara tidak langsung dalam konteks Indonesia, mahasiswa
adalah agen sejarah yang selalu melahirkan gagasan
dan nilai yang menggerakan perubahan demi
perubahan di tengah zaman yang terus bergerak. Pertanyaan berikutnya bagaimana menghasilkan
mahasiwa-mahasiswa yang mampu melakukan hal-
hal tersebut? karena karakter mahasiswa yang
demikian itu bukan merupakan sesuatu yang taken
for granted melainkan sesuatu yang dihasilkan
melalui proses yang panjang. Ada tiga pilar utama yang menentukan eksistensi dan
superioritas suatu bangsa di dunia ini. Pertama.
Keyakinan atau pandangan bangsa itu tentang
kekuatan dan keunggulan bangsa tersebut atas
bangsa lain. Kedua, kemampuan bangsa tersebut
dalam menginterprestasikan secara intelektual dan saintifik atas kayakinan tersebut dalam realitas
kehidupan. Ketiga, adanya manusia par excellence
yang berani dan cerdas untuk mendasarkan hidupnya
atas keyakinan tersebut secara penuh dan
komprehensif. Bangsa Indonesia sudah memiliki Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 sebagai tatanan nilai yang
diyakini menjadi visi masa depan bangsa. Bangsa ini
juga mengembangkan sistem pendidikan yang
menghasilkan para intelektual dan candekiawan yang
berusaha mengembangkan dan menderivasikan nilai- nilai tersebut kedalam tataran praktis kehidupan
masyarakat. Pilar ketiga merupakan pilar terpenting,
dimana keyakinan normatif tersebut bersentuhan
langsung dengan realitas kehidupan melalui orang-
orang yang mempercayainya dan mengamalkannya
dalam kehidupan. Karena sebaik apa pun nilai tidak akan berguna bila tidak ada manusia yang
mengamalkannya. Persoalan ini dijawab oleh proses perkaderan yang
dilakukan oleh (salah satunya) organisasi pergerakan
mahasiswa yang menginisiasi mahaasiswa dengan
ideologi, metodologi, strategi perjuangan. Sehingga
hasilnya mereka adalah manusia-manusia yang siap
untuk selalu memikirkan nasib bangsanya, dengan segenap sumber daya yang dimiliki baik itu
pemikiran, ilmu pengetahuan, materi, bahkan
nyawanya sendiri. Seperti halnya yang dilakukan oleh founding father
bangsa Indonesia, mereka mengorbankan masa
muda, waktu, harta benda hingga kepentingan-
kepentingan pribadi demi perjuangan mewujudkan
kemerdekaan untuk tanah air dan bangsa Indonesian
tercinta. Inilah sesungguhnya fungsi terpenting dari organisasi pergerakan mahasiswa yaitu mendidik,
mempersiapkan kader-kader untuk siap menjadi
manusia-manusia pilihan yang mampu mewujudkan
peradaban Indonesia yang unggul. Di tengah semakin masifnya kebudayaan hedon di
kalangan pemuda dan mahasiswa Indonesia, di saat
yang bersamaan organisasi pergerakan mahasiswa
juga dihadapkan pada masalah kebangsaan yang
begitu pelik, dimulai dari kemisikinan, penganguran,
kesehatan dan pendidikan yang semakin tidak terjangkau rakyat, korupsi yang menjadi virus
beradaban, liberalisasi ekonomi dan politik. Ini merupakan tantangan yang harus segera
dipecahkan karena di satu sisi semakin sulit
mendapatkan sumber daya mahasiswa yang
berkualitas dan berkarakter namun di di sisi lain,
tanah air sudah memanggil mahasiwa untuk segera
menunaikan tugasnya. Ini merupakan tantangan yang harus segera di carikan jalan keluarnya bila tidak
ingin eksistensi organisasi pergerakan mahasiswa
segera ditinggalkan oleh zaman. karena apabila
pemuda dan mahasiswa sebagai generasi muda
bangsa Indonesia “tertidur”, alamat nasib bangsa ini akan jauh “terkubur ” di bawah deru zaman yang semakin maju melangkah ke depan,
meninggalkan bangsa kita dalam kemelaratan,
kebodohan, dan kehancuran.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar anda :