Wisata Alam Pelalawan

Written By Unknown on Selasa, 14 Desember 2010 | 02.45

Kuala Napuh
Bagi pecandu wisata pancing, Kuala Napuh sudah tidak
asing lagi, desa ini terletak di Kecamatan Pangkalan Kuras, berjarak ± 18 kilo
meter dari Kota Sorek, ± 65 kilo meter dari Kota Pangkalan Kerinci dengan waktu
tempuh ± 1,5 jam. Serta berjarak ± 130 kilometer dari Kota Pekanbaru (ibukota
propinsi) dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Untuk sampai kesana kita akan
melewati Desa Betung dan desa Kesuma. Desa Betung terkenal dengan objek wisata Danau
Betung dan Pusat Budaya Petalangan. Masyarakat Petalangan yang kaya akan
atraksi seni budaya memberi kesan tersendiri bagi peminat wisata budaya. Dari
desa Kesuma perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan perahu motor ± 10 menit
untuk sampai ke desa tua Kuala Napuh dengan jajaran rumah rakitnya.

Keaslian alam, keragaman hayati dan keheningan ternyata menjadi modal yang tak
ternilai bagi Kuala Napuh untuk dapat dikembangkan sebagai salah satu kawasan
wisata alam dan wisata petualangan unggulan di Kabupaten Pelalawan. Disaat kita
disibukkan dengan segala urusan pekerjaan yang tiada akhirnya, hiruk pikuk
aktifitas yang tiada hentinya dan keheningan menjadi suatu yang langka untuk
dinikmati. Disaat keheningan sulit didapat, maka keheningan itu sendiri merupakan
suatu produk unggulan yang berpotensi untuk dijual. Kuala Napuh menjadi dan
menjanjikan solusi yang tepat bagi kita untuk melupakan dan keluar sejenak dari
kondisi tersebut.

Menikmati keheningan malam di rumah rakit sambil memancing dan menikmati suguhan
masakan kampung yang terkenal kelezatannya membuat kita seakan terlempar
memasuki suasana perkampungan dimasa lampau, terlepas sejenak dari segala beban
kehidupan yang mendera. Kondisi yang hampir tidak pernah kita temukan di
perkotaan saat ini. Dan mungkin ini suatu kondisi yang sangat kita perlukan
dalam upaya memberi nutrisi bagi jiwa yang membawa kesuatu titik kesadaran
penuh sebagai seorang hamba yang diberi tugas untuk mengelola alam ini.

Kampung tua yang telah ditinggalkan oleh sebagian masyarakatnya ini merupakan
syurga bagi mereka yang hobi memancing kerena dari dulu hingga kini sungainya
kaya akan berbagai jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan bagi
anda yang menyukai ikan salai selais dan lainnya dapat melihat langsung proses
pembuatan ikan salai tersebut.

Kondisi Sungainya yang berkelok dan masih virgin serta banyak ditumbuhi oleh
pohon Rasau di sepanjang sungai dengan pepohonan hutan yang lebat yang didiami
berbagai jenis satwa, membuat kawasan ini sangat cocok untuk aktifitas
berpetualangan bagi kita yang hobi berpetualang. Karena sungai tersebut juga
merupakan jalan alternatif untuk menuju ke Taman Nasional Tesso Nilo, yang
merupakan salah satu kawasan hutan yang kaya akan flora tropis dan juga fauna
langka.
Istana Sayap Pelalawan (Kerajaan pelalawan)
Kabupaten Pelalawan, Riau memiliki ikon istana yang disebut sebagai istana Pelalawan. Istana ini didirikan pada masa Pemerintahan Sultan Assyaidi Syarif Hasim (1892—1930 M), raja ke-11 Kerajaan Pelalawan, pada tahun 1910.  Istana Pelalawan yang sudah direkonstruksi pada tahun 2003 dapat ditemui di desa Pelalawan 30 Km dari kota Pangkalan Kerinci, Riau. Pemerintah Daerah setempat mengharapkan tempat ini ramai dikunjungi wisatawan.

Istana ini juga dikenal dengan sebutan istana Sayap karena terdiri dari bangunan utama seluas 4.327 meter persegi dan diapit dua bangunan penunjang di kanan dan kirinya dengan luas masing-masing 103, 5 meter persegi. Istana megah dan menawan ini memiliki bangunan utama bercat kuning dengan memiliki tangga melengkung yang dipenuhi ukiran khas Melayu di tiap anak dan pegangan tangga. Bangunan ini disokong empat tiang beratap limas yang disebut Balai Penghadapan, tempat tamu dan masyarakat menghadap raja. Empat tiang ini merupakan simbol bahwa kerajaan memiliki empat orang wakil. Dua bangunan yang mengapit kiri dan kanan bangunan utama bercat hijau merupakan Balai Panca Persada dan Balai Ruang sari. Kedua balai tersebut adalah tempat bermusyawarah dan memutus perkara menyangkut urusan masyarakat.

Di dalam bangunan utama dipamerkan beberapa barang peningggalan kerajaan berupa Keris, Tombak, serta senjata lainnya. Selain itu, terdapat juga barang-barang yang terbuat dari keramik, singgasana, payung raja, alat tenun, dan sulaman khas Pelalawan atau yang biasanya disebut Tekad, dan lukisan-lukisan.

Istana Pelalawan, secara lokasi memiliki karakteristik yang sama dengan istana Siak, yaitu berada di dekat sungai. Dahulu sungai menjadi tempat yang paling ramai didatangi dan menjadi pusat kegiatan ekonomi sehingga banyak kerajaan mendirikan istananya di tempat strategis tersebut. Hanya saja akses untuk mengunjungi istana Pelalawan lebih sulit dibandingkan istana Siak. Untuk mencapai istana Pelalawan pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi dapat menggunakan ojek dari Pangakalan Kerinci. Jalan yang dilewati masih sepi dan jarang penduduk. Di tepi kiri dan kanan jalan hanya terdapat hutan produksi dan kebun kelapa sawit. Jika memang pemerintah setempat menginginkan istana tersebut ramai dikunjungi sudah seharusnya memikirkan solusi atas sulitnya akses ke tempat tersebut.
Obyek Wisata Bono,
Wisata Bono Teluk Meranti
terletak di Desa Teluk Meranti, sepanjang Sungai Kampar. Bono adalah fenomena alam yang datang sebelum air pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air Sangai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukap tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur.

Pada musim tinggi gelornbang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi seliap hari baik siang maupun malam. Hal yang munarik wisatawan ke obyek wisata ini adalah kegiatan berenang, memancing, naik sampan dan kegiatan lainnya.

Hutan Lindung Kerumutan
Hutan Lindung Kerumutan
juga dikenal sebagai reservasi hutan liar yang terletak di Desa Kerumutan, Kecamatan Kerumutan. Luas hutan mencapai 93.222,20 hektar hutan liar yang dihuni oleh flora dan fauna yang dilindungi seperti timber (shorea ASP), Punak (Nypa Fruticons), Harimau Sumatera, macan tutul, ikan Arwana, itik liar dan lainnya.

Agroniaga   Kuala   Kampar   dan   Teluk    Meranti   dapat   dicapai   dengan transportasi darat melalui jalan setapak. Wilayah ini adalah tempat untuk budidaya ikan dan udang. Di samping   melakukan agrowisata juga menjadi tempat   belanja. Wilayah Langgam menjadi ternpat wisata perkebunan karet dan sawit yang dapat dicapai 30 menit dari pangkalan Kerinci.

Hutan Tidal dan Sungai Mokoh
terletak sejauh 15 km dari Pangkalan Kerinci dan dapat dicapai dengan transportasi darat. Di desa ini kita dapat menikmati udara segar jauh dari polusi, bisa juga memancing dan bersampan. Di sini kita dapat menikmati keindahan pemandangan dari hutan tadah hujan sepanjang Sungai Mokoh.







Obyek Wisata Air Panas
di Pangkalan Lesung, terletak 9 km dari monumen ekuator atau ke arah barat Desa Pangkalan Lesung. Dapat dicapai dengan transportasi darat lewat jalan tanah sejauh 5 km dan selebihnya rnelalui jalan setapak.





Desa Langgam,
terletak sekitar 25 km dari Pangkalan Kerinci. Di sini terbentang sungai untuk rekreasi memancing dan hutan dengan pohon-pohon besar berumur ratusan tahun sehingga udaranya sejuk.





Kolam Tajwid
terletak tak jauh dari Desa Langgam dan membutuhkan waktu sekitar 10 merit dari Sungai Kampar ke arah Hulu. Dinamakan kolam Tajwid konon ceritanya karena bentuk kolamnya seperti tanda tajwid menurut aksara Arab.

Kepemilikan kolam ini dipegang oleh masyarakat adat dimana setiap kegiatan penangkapan ikan di kolam ini diharuskan seijin dari pucuk adat.

Selanjutnya hasil tangkapan akan dilelang pada masyarakat oleh Pucuk adat selaku pimpinan masyarakat adat setempat. Kemudian pemenang lelang memperoleh hak menguasai hasil kolam ini untuk satu tahun ke depan.

Bagi masyarakat luar tidak perlu khawatir karena dapat dlperbolehkan memancing dan menikmati hasil kolam dengan meminta Izin dulu terhadap Pucuk Adat atau pemenang lelang.

Desa Betung
terletak 56 km dari Pangkalan Kerinci dan dapat dicapai lewat transportasi jalan tanah dan bebatuan. Desa ini pusat budaya Petalangan di tepi sungai yang digunakan untuk tempat berkumpul. Di samping itu terdapat hutan liar seluas 40 hektar yang dihuni oleh pohon-pohon berumur ratusan tahun.

Makam Muhammad Syah I
terletak di Desa Pekantua. Sultan Muhammad Syah I adalah raja Malaka terakhir. Karena pertempuran dengan Portugis tahun 1509-1526 beliau beserta sisa-sisa pasukan gabungan mengundurkan diri ke Pekantua, Sungai Kampar.

Setelah berperang sultan ini dinobatkan menjadi raja Pekantua Kampar hingga wafatnya tahun 1528 dengan gelar Marhum Kampar, dimakamkan di Poekantua Kampar. Makamnya terletak di Desa Tolam, Kecamatan Bunut dan dapat dicapai dengan kapal motor atau speed boat, Mengunjungi makam sultan ini sekaligus dapat melihat peninggalan sejarah lainnya seperti meriam kuno, makam raja-raja Pelalawan serta bekas peninggalan di Nasi-nasi Tolam.

Tugu Ekuator
berada di Dusun Tua, Panghkalan Kuras, rnerupakan daerah yang terletak tepat pada garis lintang 0 yang menjadi dasar pembatas bumi menjadi dua, yaitu Utara dan Selatan atau dikenal dengan garis Khatulistiwa.

Untuk wisatawan yang berkunjung ke sini juga dapat bersantai sejenak di pesangrahan atau taman tempat beristirahat (shelter) yang ada sambil melepas dahaga dengan minuman madu lebah asli yang segar khas Pelalawan, Untuk perjalanan berikutnya bisa mengunjungi obyek air panas di Pangkalan Lesung yang dapat ditempuh dengan jarak 9 km arah Barat dari tugu ekuator ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar anda :