Nasionalisme Yang Buta

Written By Unknown on Jumat, 01 Juli 2011 | 13.11

Nasionalisme bisa diwujudkan dalam perkataan kecintaan terhadap negara dan kepedulian terhadap sesama sebangsa dan setanah air. Namun nasionalisme dapat diartikan dalam senjata yang paling mematikan dalam dunia peperangan. Namun terkadang nasionalisme yang berlebihan membuat kita buta dan lucu. Tanpa disadari jadi bahan ketawaan orang2 diluar sana. Contohnya adalah kasus Ruyati yang dihukum pancung di arab saudi karena perbuatannya yang membunuh majikannya sendiri. Sedangkan hukum diarab saudi adalah hukum islam. Membunuh maka dibunuh. Apa yang dilakukan arab saudi sudah benar menurut aturan hukum disana. Jika saya ditanya apakah anda peduli dengan kasus ruyati ? Jawabannya adalah nggak sama sekali... Simak kasus Ruyati berikut yang tak pernah dijelaskan secara detail di media televisi.

republika.co.id, makkah - arab news menuliskan berita tentang reaksi di indonesia atas eksekusi mati ruyati. Pada hari yang sama, mereka juga menurunkan tulisan tentang penyebab ruyati dihukum mati. Mereka mengutip sumber dari kementerian dalam negeri arab saudi yang mengatakan hukuman royati - demikian mereka menulis nama ruyati - tak mungkin diampuni. royati beth sabotti sarona dinyatakan bersalah membunuh khairiya hamid binti mejlid dengan memukul berkali-kali di kepala dengan sebuah palu daging dan menikam di lehernya, kata kementerian itu menjelaskan. kementerian itu tidak merinci motif kejahatan, juga tidak mengungkapkan hubungan antara dua wanita itu. "polisi menangkap pelayan segera setelah kejahatan dan setelah penyelidikan kasus itu diteruskan ke pengadilan syariah, yang menjatuhkan hukuman mati. Putusan itu kemudian disahkan oleh pengadilan banding," kata kementerian itu. kejahatan berlangsung sekitar satu setengah tahun lalu dan direncanakan, kata mereka. Dia menunggu sampai keberangkatan putra majikannya yang berusia 70 tahun itu untuk bekerja. Sementara, saat sang majikan melakukan shalat dhuha, ia memukul kepalanya dengan palu beberapa kali. Ketika wanita saudi berusaha untuk lari ke ruangan lain, dia mengikutinya dan ditusuk di leher. pelayan itu, setelah mencuci noda-noda darah dari tangannya, mencoba melarikan diri. Dia meninggalkan tkp dengan taksi, tetapi sopir taksi merasa ada sesuatu yang salah dengan wanita itu dan menyerahkan ke kantor polisi al- mansour. Polisi kemudian melakukan investigasi dan dia mengakui kejahatannya. media ini menutup tulisannya dengan menyatakan sekitar 70 persen dari 1,2 juta warga indonesia di arab saudi adalah bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
kesalahan ruyati sangatlah digolongkan kejam. Dengan sengaja menganiaya korban berusia lanjut yang sedang sholat. Dan apa yang terjadi di indonesia.
atas dasar nasionalisme peduli nasib sesama sebangsa dan setanah air. Maka mereka smua Buta dan bicara asal dengan teatrikal dengan wawasan sempit dan tak berakal.
Lihat Mahasiswa kita berdemontrasi seolah menyalahkan arab saudi yang menjunjung hukum dinegaranya. Bukannya kita tau bahwa 'dimana bumi dipijak maka disitu langit dijunjung' artinya kita harus hargai hukum yang berlaku disana. Intinya adalah katakan yang salah itu salah dan benar itu benar. Meski saudara sedarah kita yang melakukan kesalahan wajib dipersalahkan. Dan jangan pernah membenarkan sesuatu yang salah. Justru prihatin dengan mahasiswa kita yang mestinya terpelajar malah bersikap tak wajar tanpa belajar memahami masalah terlebih dahulu. Mestinya segala tindakan mestilah mendahulukan akal. Saya ketawa melihat demo besar2an disertai teatrikal yang dipertontonkan namun dasarnya adalah membela sesuatu yang salah.
Belum lagi yang memberikan sumbangan pada pembunuh yang kejam dengan dalih koin peduli untuk ruyati. Dan pengalangan dana anak2 SD yang dimotori Guru2nya... dan belum lagi media televisi yang seolah menutup kesalahan Ruyati dan dalam hal ini menyalahkan Pemerintah....
Mungkin Pemerintah wajib melindungi warganya namun untuk kasus ini pemerintah tersa enggan melakukan pembelaan terhadap sesuatu yang nyata salah secara hukum. Dan apa lagi kita tak bisa mencampuri hukum yang berlaku dinegara orang lain.
jika saya pikir untuk kasus seperti ini tidak perlu dibela sebab salah sudah semestinya dipersalahkan. Jika pemerintah terus membela sesuatu yang sudah jelas melanggar Hukum dan norma kemanusiaan maka ini akan menjadi budaya yang tak elok dan TKI diluar sana tak segan2 berbuat jahat pada orang lain. Dan pemerintah harus punya indikator dan karakteristik yang menjadi tanggung jawab Pemerintah dan mendapatkan HAK nya untuk pembelaan secara hukum.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar anda :