Mengenal Tokoh Budayawan Pelalawan

Written By Unknown on Minggu, 28 November 2010 | 10.22

Penguasaannya
tentang makna filosofis yang terkandung dalam benda-benda budaya dipelajarinya secara otodidak sejak kecil. Ayahnya, Tengku Sayed Umar Muhammad adalah sekretaris Sultan Hasyim dari Kerajaan Pelalawan. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup dalam lingkungan budaya Melayu yang kental serta adat istiadat istana yang begitu kuat. Kondisi ini telah mendorongnya untuk belajar memahami dan kemudian menulis tentang kebudayaan Melayu. Ia memulai dari menulis kembali pantun-pantun, Petata-petitih, Ungkapan, Syair, Gurindam, dan segala macam yang berkenaan dengan kebudayaan Melayu. Tenas Effendy pertama kali menulis tentang kebudayaan pada tahun 1952. Pada saat itu ia masih belajar di sebuah perguruan di Bengkalis. Ketertarikan dan minatnya terhadap kebudayaan Melayu tidak terlepas dari keluarganya yang mencintai adat istiadat Melayu, neneknya adalah seorang pembaca syair yang terkenal pada masanya. Selain pandai membaca syair, neneknya juga pandai dalam menenun, menekat pakaian-pakaian tradisional kerajaan Melayu di Pelalawan. Sejak masa kanak-kanak Tenas Effendy sudah akrab dengan adat istiadat Melayu, sudah menjalani adab dan etika Melayu dalam kehidupan sehari-hari, maka ada semacam kekhawatiran ketika ia melihat, begitu banyak nilai luhur tata pergaulan Melayu sudah tidak lagi diperhatikan masyarakat. Menyadari hal tersebut, ia berusaha mencatat, mengumpulkan kembali, menghimpun melakukan kajian-kajian dan membuat penelitian tentang kebudayaan Melayu dalam bentuk apa saja. Menyadari bahwa kekayaan khazanah kebudayaan Melayu begitu berlimpah dan masih terlalu banyak yang belum dapat dikumpulkannya, ia mendirikan Tenas Effendy Foundation, sebuah lembaga yang berusaha memberi bantuan pada para peneliti atau siapapun yang berminat melakukan penelitian terhadap berbagai aspek kebudayaan Melayu. Hasil usahanya dalam rentang waktu tersebut, antara lain, setumpuk buku yang diterbitkan di dalam dan luar negeri. Sampai kini, Tenas sedikitnya telah menulis 70-an buku dan ratusan makalah yang dibawakan dalam berbagai pertemuan budaya di dalam dan di luar negeri, seperti Belanda, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand adalah beberapa negara yang kerap mengundangnya untuk berceramah disana. Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, mengundangnya sebagai penulis tamu. Sejumlah bukunya, juga diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia. Mengingat buku-buku yang ditulis Tenas Effendy menyentuh berbagai aspek kebudayaan Melayu, maka dari 70-an buku yang dihasilkannya itu, hampir separuhnya digunakan sebagai semacam buku pegangan, baik untuk kalangan pelajar dan mahasiswa, maupun untuk masyarakat umum sebagai bahan pendidikan dan tata pergaulan dalam keluarga. Bahkan, sebagian besar Pemda Kabupaten di Propinsi Riau dan Kepulauan Riau, menempatkan buku-buku yang ditulis Tenas Effendy sebagai semacam buku wajib untuk para pegawai Pemda. Ia tidak sekedar ditempatkan sebagai budayawan yang mumpuni, tokoh adat yang kharismatik, tetapi juga kerap mengundangnya dalam kaitannya dengan kebijakan yang akan disusun dan dijalankan pemda. Tidak jarang pula, Tenas terpaksa harus menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Sebagai tokoh masyarakat, Pak Tenas panggilan akrabnya terlibat pula dalam berbagai aktivitas organisasi kemasyarakatan, baik sebagai ketua, penasihat, maupun pengurus. Sesungguhnya yang dilakukan Tenas Effendy tidaklah sekadar mengumpulkan dan mendokumentasikan segala yang berkaitan dengan khazanah kesusastraan Melayu. Kesusastraan adalah salah satu bagian dari sebuah mesin raksasa yang bernama kebudayaan. Jadi, sambil coba menafsirkan dan memaknai kandungan filosofis di balik khazanah kesusastraan Melayu, ia juga menerjemahkan dan membuka tabir makna berbagai benda budaya. Biografi : Nama : Tengku Nasyaruddin Effendy Lahir : Pelalawan-Riau, 9 November 1936 Pendidikan : Sekolah Agama Hasyimiah, (1950), Sekolah Rakyat di Pelalawan, (1950) Sekolah Guru B3 di Bengkalis, (1953) Sekolah Guru A3 di Padang, (1957) Karya : Upacara Tepung Tawar (1968), Lancang Kuning dalam Mitos Melayu Riau (1970), Seni Ukir Daerah Riau (1970), Tenunan Siak (1971), Kesenian Riau (1971), Hulubalang Canang (1972) Raja Indra Pahlawan (1972), Datuk Pawang Perkasa (1973), Tak Melayu Hilang di Bumi, (1980), Lintasan Sejarah Kerajaan Siak, (1981), Hang Nadim, (1982), Upacara Mandi Air Jejak Tanah Petalangan, (1984), Ragam Pantun Melayu, (1985), Nyanyian Budak dalam Kehidupan Orang Melayu, (1986), Cerita-cerita Rakyat Daerah Riau, (1987), Bujang Si Undang, (1988), Persebatian Melayu, (1989), Kelakar Dalam Pantun Melayu, (1990) Penghargaan : Juara 1 Mengarang Puisi Pada Pekan Festival Karya Budaya Dana Irian Jaya, (1962), Juara 1 Pementasan Drama Klasik Pada Pementasan Drama Klasik Festival Dana Irian Jaya, (1962), Seniman Budaya Pilihan (1997), Anugerah Sagang, Tokoh Masyarakat Terbaik Riau 2002 versi Tabloid Intermezo Award (2002), Penghargaan Madya Badan Narkotika Nasional, Jakarta (2003), Anugerah Seniman dan Budayawan Riau Pilihan Lisendra Dua Terbilang (LDT)-UIR (2004), Anugerah Gelar Sri Budaya Junjungan Negeri, Bengkalis, (2004), Tokoh Budayawan Riau Terfavorit (2005), Anugerah Budaya; Walikota Pekanbaru, (2005), Tokoh Pemimpin Adat Melayu Serumpun, (2005), Doktor Persuratan dari Universitas Kebangsaan Malaysia, (2005), Penghargaan dari Persatuan Mahasiswa Riau Malaysia, (2005), Anugerah Akademi Jakarta (2006) <

Hipmawan Pekanbaru Berdemo di DPKKD dan Kantor Bupati tutut tranparant pemerintah mengenai program beasiswa

Written By Unknown on Jumat, 26 November 2010 | 01.49

Add caption

PANGKALAN KERINCI - Sekitar 30 orang mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Pelajar Mahasiswa Pelalawan (Hipmawan) Pekanbaru, Rabu (24/11), mendemo Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) yang berada di Kompleks Bhakti Praja dan juga melakukan aksi di Kantor Bupati Pelalawan, Pangkalan Kerinci. Mereka menuntut transparansi pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam hal dana mahasiswa, yang dianggap tertutup selama ini.
Rombongan mahasiswa yang datang dengan satu bus itu langsung berorasi begitu turun dari kendaraan yang membawa mereka. Dalam orasinya, Ketua Umum Hipmawan Izun mengatakan, DPKKD harus transparan dalam mengelola dana beasiswa bagi mahasiswa Pelalawan. "Kami ingin Dinas Keuangan transparan dalam mengelola dana beasiswa bagi mahasiswa Pelalawan," katanya.

Izun menerangkan, sampai saat ini pihak mahasiswa belum mendapat dana mahasiswa gelombang kedua tahun 2010. Padahal, seharusnya dana tersebut sudah cair.

Izun menyatakan, karena belum diberikannya dana beasiswa itu kepada para mahasiswa Pelalawan, ratusan mahasiswa Pelalawan terancam putus kuliah.

Dalam aksinya, para mahasiswa juga sempat menuntut Kepala DPKKD Lahmuddin keluar menemui mereka dan memberikan penjelasan. Namun, hanya stafnya dari bagian pajak, Joni Saidi, yang menemui mereka. "Kepala dinas sejak Minggu kemarin (21 November 2010, red) sedang berada di Jakarta. Tapi, saya bisa memberikan penjelasan mengenai hal ini, meskipun tak bisa memuaskan," kata Joni.

Karena tak puas, mahasiswa kemudian sepakat meninggalkan DPKKD meski pada saat itu Joni Saidi tengah memberikan penjelasan soal dana beasiswa yang diminta oleh mereka.

Mereka yang beraksi dengan membawa berbagai spanduk tuntutan itu melanjutkan demo ke Kantor Bupati Pelalawan. Kehadiran mereka di Kantor Bupati Pelalawan disambut Wakil Bupati (Wabup) Pelalawan HM Harris bersama beberapa stafnya.

Selanjutnya, Wabup membawa mahasiswa itu berdialog di ruang rapat Lantai II Kantor Bupati Pelalawan usai salat dzuhur. Dalam kesempatan dialog itu, Wabup memberikan penjelasan soal dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pelalawan 2010 yang turun drastis, yakni hanya Rp810 miliar. Namun, diluar itu masih ada dana yang bisa dimanfaatkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp185 miliar dan Dana Alokasi Khusus nondana Reboisasi (DAK non DR) sebesar Rp39 miliar. Dengan demikian, jumlahnya mencapai Rp1,034 triliun.

"Meski begitu, tetap pada tahun depan fokus utama kita adalah pembangunan desa-desa," katanya.

Sementara, mengenai dana pendidikan, Kepala Bidang (Kabid) Perbendaharaan dan Keuangan Pemkab Pelalawan Tengku Zulfan menjelaskan, dana beasiswa mahasiswa dimaksud akan dicairkan pada bulan Desember.

Ditambahkannya, banyaknya organisasi mahasiswa Pelalawan berkemungkinan menjadi pemicu masalah ini, karena adanya kecemburuan satu organisasi dengan organisasi lainnya. Karena itu, pihaknya mengharapkan mahasiswa membuat satu wadah dari perwakilan perhimpunan mahasiswa yang ada. "Tapi yang jelas, kami hanya menginginkan agar dana bantuan pendidikan itu tepat sasaran, sehingga penggunaannya pun bisa dipertanggungjawabkan," katanya. (hk/02)

Sumber : www.haluankepri.com

“PERAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN DAERAH” (Tema: Kongres III Ikatan Keluarga Mahasiswa Pelalawan Indonesia (IKMPI) di Pangkalan Kerinci)

Written By Mahyudin on Selasa, 23 November 2010 | 02.14

Kita mengenal slogan “Pemuda harapan bangsa” atau “Maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada pemudanya”. Mahasiswa adalah bagian pemuda yang selalu ditunggu perannya dalam pembangunan. Apa sajakah peran itu?
Kita telah memaklumi bersama bahwasannya mahasiswa termasuk kalangan elit. Hanya segelintir saja dari jutaan orang pemuda di Indonesia, yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Tak semua memiliki kesempatan masuk ke dalam kelas ini. Terlebih realita yang ada saat ini manakala biaya kuliah semakin mahal. Makin sedikit pula yang dapat merasakan hidup di dunia perguruan tinggi. Dan yang sedikit itulah, yang memiliki potensi strategis sebagai iron stock para leader di negeri kita ini.
Mahasiswa adalah kalangan yang memiliki potensi besar melakukan mobilitas. Bahkan, hal itu sudah dilakukan semenjak mereka resmi memiliki status sebagai mahasiswa, karena status itu termasuk kelas menengah. Ke depan, selepas menyelesaikan proses pembelajaran dan pencarian jati diri mereka di kampus, pintu melakukan mobilitas itu semakin terbuka. Mobilitas secara vertikal maupun horizontal, menuju ke posisi strategis di berbagai sektor yang akan mereka geluti, baik public sector, private sector atau third sector.
Besarnya potensi mereka itu –logis, karena hampir tidak mungkin negeri ini akan dipimpin oleh para lulusan SMP apalagi SD– tak luput dari besarnya harapan yang disematkan ke pundak mereka. Mereka diharapkan oleh masyarakat untuk nantinya kembali dan membangun masyarakat khususnya di daerah dari mana mereka berasal. Mahasiswa yang merantau, seolah-olah menjadi perwakilan daerah untuk menyerap ilmu sebanyak mungkin kemudian diterapkan dalam pembangunan daerahnya suatu saat nanti. Dan ini memang menjadi salah satu peran yang harapannya bisa dijalankan oleh para mahasiswa, terlepas dari realita mahasiswa zaman sekarang yang tak sedikit menghabiskan masa studinya dengan hura-hura dan bersenang-senang.
Sebenarnya apa saja peran mahasiswa yang bisa dimainkannya dalam pembangunan daerah? Hal ini perlu dipahami bersama, karena ketidakjelasan peran akan menimbulkan kegamangan. Dan kegamangan akan mengakibatkan ketidakproduktifan. Maka tentang peran mahasiswa dalam pembangunan daerah ini perlu kita ulas lebih jauh. Namun, kita perlu terlebih dahulu melihat seberapa jauh potensi yang dimiiki oleh mahasiswa. Sehingga apa saja peran yang dapat dimainkan nanti, bisa kita lihat dari potensi yang ada dalam diri mereka.
Pertama, kita dapat melihat potensi mahasiswa dari aspek karakternya. Kita pahami bersama, bahwa mahasiswa memiliki karakter idealis. Semua hal dilihat dan ingin dibentuk dalam tataran ideal. Baik dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri, keorganisasian, berbagai sistem dan kebijakan dalam masyarakat maupun dalam kehidupan negara. Mahasiswa biasanya menjadi orang yang paling resah dengan ketidakberesan, benci dengan ketidakadilan, menginginkan tegaknya aturan dan norma kebaikan. Dengan begitu tepatlah manakala mahasiswa disebut sebagai social control, mengkritisi setiap ketidakberesan berjalannya sistem di masyarakat maupun negara.
Pemuda memiliki tipe pemikiran yang kritis dan kreatif. Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda tak lepas dari sifat ini. Sejarah mengatakan, bahwa perubahan-perubahan besar berawal dari para pemuda. Kita dapat melihat bagaimana peristiwa kebangkitan nasional, sumpah pemuda, proklamasi kemerdekaan Indonesia serta reformasi berawal. Semua tidak luput dari peran para pemuda. Pun begitu dengan berbagai peristiwa perubahan, revolusi dan pembaruan di beberapa belahan dunia.
Kaum muda memiliki frame berfikir yang khas. Berawal dari idealismenya dia kritis terhadap persoalan-persoalan, dan dengan kreativitasnya memberikan solusi-solusi dari persoalan yang ada. Tak jarang solusi yang mereka hasilkan merupakan hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya oleh generasi yang lebih tua. Banyak terobosan baru yang mereka lahirkan, karena mereka punya paradigma berpikir yang berbeda. Karena berbeda paradigma, maka biasanya antara generasi tua dan generasi muda terjadi konflik pemikiran, antara paradigma lama dan paradigma baru. Kita dapat ambil contoh pada salah satu persitiwa besar, proklamasi kemerdekaan. Terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda tentang kapan proklamasi harus dilakukan.
Beberapa kelebihan yang bersifat alami di atas, yakni idealis, kritis dan kreatif membuat arus perubahan dapat diciptakan, menuju yang lebih baik sebagaimana idealita yang ada dalam benak mereka. Dipadu dengan sifat semangat, dan didukung oleh kekuatan fisik yang masih prima, maka arus perubahan semakin besar. Mereka tak akan kenal lelah dalam bekerja dan menggerakkan perubahan itu, sehingga dalam waktu yang tak terlampau lama apa yang mereka inginkan akan segera dicapai.
Kedua, potensi mereka dilihat dari aspek intelektualitas, kecerdasan dan penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan masalah. Seorang mahasiswa akan dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada yang pada masa dahulu pernah ditemui manusia dan dirumuskan dalam berbagai teori pemecahannya. Atau, jika hal yang ada belum pernah ditemui sebelumnya, maka mereka sudah memiliki bekal yang metodologis dan sistematis tentang bagaimana cara menemukan pemecahan problem-problem yang ada. Tiada lain dengan riset, baik riset di bidang eksak maupun noneksak.
Potensi dari dua aspek yang ada itulah yang akan membuat mahasiswa dapat melakukan perannya. Syaratnya, kedua potensi itu benar-benar dikembangkan secara optimal oleh mereka baik secara personal maupun komunal sehingga dapat menjadi senjata yang siap digunakan untuk memberikan kemanfaatan terbesar bagi masyarakat. Potensi dari aspek karakter dikembangkan dengan berbagai aktivitas yang mengasah softskill, baik melalui kegiatan organisasi, pelatihan-pelatihan maupun aktivitas keseharian mahasiswa di luar kegiatan akademik. Sedangkan potensi intelektualitas dibangun melalui semua kegiatan yang mengasah hardskill, yakni kegiatan belajar mengajar, pengkajian, penelitian dan juga pelatihan. Dengan begitu mereka memiliki kualifikasi dan kompetensi menuju profil mahasiswa ideal, yakni mahasiswa yang memiliki integritas moral, kredibilitas sosial dan profesionalitas keilmuan.
Pada era sekarang ini, rasanya sudah tidak relevan lagi manakala implementasi peran mahasiswa hanya sekadar seperti apa yang dilakukan pada masa-masa lalu. Sebagian besar yang telah dilakukan mahasiswa untuk menjalankan peran sebagai agent of change dan social control dilakukan melalui aksi-aksi turun ke jalan. Aksi untuk menuntut perubahan kebijakan, penyebaran wacana dan opini ke publik, namun belum bisa memberikan solusi konkrit. Sudah saatnya hal itu diubah, sudah tiba waktunya bagi mahasiswa untuk memaksimalkan peran sebagai aktor intelektual yang dapat memberikan jawaban-jawaban dan solusi yang konkrit, membumi, aplikatif dan bermutu. Bukan sekadar wacana yang mengawang, atau alternatif solusi dari hasil analisis yang serampangan. Namun semuanya berbasis penguasaan keilmuan pada bidang masing-masing, melalui proses pengkajian yang mendalam dan komprehensif, dilihat dari berbagai sudut pandang secara interdisipliner sehingga menghasilkan solusi yang solutif.
Peran yang bisa dimainkan mahasiswa di daerah tentu tak terkungkung pada daerahnya masing-masing, namun bisa berperan di daerah lain. Juga tidak melulu yang bersifat konseptual, namun juga yang bersifat praktikal dengan terjun langsung di masyarakat. Yang jelas semuanya didasari oleh kerangka berpikir ilmiah. Mahasiswa dapat memulai aksinya berpijak dari masalah-masalah yang ada pada suatu daerah, maupun potensi besar yang belum terkembangkan atau teroptimalkan yang dapat menjadi senjata bagi daerah tersebut. Baik dalam bidang pangan, pendidikan, kesehatan, iptek, pertanian, sosial, budaya, pemerintahan dan lain sebagainya.
Di bidang pangan misalnya, suatu daerah memiliki keunggulan komparatif sebagai penghasil Padi. Di setiap musim panen, produksi Padi melimpah dan dapat mensuplai produk ke beberapa daerah lain yang membutuhkan. Permasalahannya adalah seringkali jumlah produksi Padi melebihi permintaan yang ada, sehingga ada sisa yang setiap periode terbuang percuma, karena sifat produk pertanian yang cepat rusak. Berdasarkan permasalahan itu, seorang mahasiswa yang baik akan dapat mengubah permasalahan seperti itu menjadi potensi besar. Dia akan melakukan riset untuk menciptakan produk olahan dari salak, sehingga salak yang tidak termanfaatkan dalam bentuk mentah setelah menjadi produk olahan lain akan memiliki nilai jual lebih tinggi, disamping dapat meningkatkan daya tahan produk itu sendiri. Implikasi positif lain dari hal ini adalah membuka peluang usaha baru yang nantinya dapat menyerap tenaga kerja, dengan begitu pengangguran dapat dikurangi.
Contoh lainnya, manakala pada suatu daerah memiliki permasalahan pada banyaknya sampah padat yang tidak tertangani dan akhirnya menumpuk di beberapa tempat. Selain dari segi estetika tidak sedap bagi pemandangan, menimbulkan bau tidak sedap, dari aspek kesehatan dapat menjadi sumber beberapa penyakit, selain memberikan potensi ancaman banjir apabila menyumbat beberapa saluran air. Mahasiswa atau kelompok mahasiswa dapat memberikan solusi dengan program pemberdayaan masyarakat pengolahan sampah organik. Dampaknya pada pengurangan jumlah sampah yang ada secara signifikan, dihasilkannya produk olahan sampah organik misalnya menjadi pupuk organik yang memiliki kegunaan dan bernilai jual, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sampah.
Mahasiswa tidak harus terjun sendiri ke masyarakat secara swadaya, karena hal itu akan sangat berat. Alangkah sangat baiknya mahasiswa dapat merangkul berbagai pihak yang dapat diajak kerja sama dalam membuat proyek-proyek yang lebih besar untuk memberikan pencerdasan pada masyarakat dan memberdayakan mereka. Pemerintah daerah, pihak kampus (universitas) dan pihak swasta adalah pihak-pihak yang sangat bertanggung jawab dalam kemajuan masyarakat. Pemerintah daerah tentu saja pelaku utama yang bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan masyarakat di daerahnya. Universitas memiliki kewajiban dalam pendidikan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana tertuang dalam salah satu poin Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pihak swasta memiliki kewajiban untuk melaksanakan program-program CSR (Corporate Social Responsibility). Peran ketiga elemen besar itu harus dapat dioptimalkan, dan disinergikan. Dan hal ini dapat diinisiasi oleh mahasiswa.
Pihak pemerintah berperan dalam pendanaan sebagaimana telah dianggarkan, juga SDM pakar dengan adanya para petugas penyuluh lapangan dari departemen-departemen tertentu. Pihak universitas memberikan sumbangan dari sisi keilmuan, program (misalnya dengan priogram KKN) dan SDM pelaksana, yakni mahasiswa itu sendiri. Aspek dana juga didukung oleh pihak swasta, selain perannya dalam memenuhi kebutuhan akan instrumen berupa peralatan maupun perlengkapan. Sinergitas yang saling melengkapi dari ketiga pihak ini akan memberikan signifikansi sangat tinggi dalam upaya melaksanakan pembangunan daerah. Karena dengan sinerginya beberapa pihak tersebut, masing-masing tidak bekerja sendiri melalui program yang bisa jadi overlap satu sama lain sehingga tidak efektif dan efisien, bahkan kontraproduktif.
Ke depan, kesadaran akan pentingnya sinergitas antara beberapa pihak perlu semakin ditingkatkan, dan ini harus dimulai semenjak sekarang. Tak ketinggalan, penyiapan diri mahasiswa, yang ke depan juga akan menempati ruang-ruang strategis di pemerintah, swasta maupun kampus harus dilakukan semenjak dini, dengan cara:
1. Pengembangan potensi diri dari aspek hardskill maupun softskill sebagai upaya memaksimalkan potensinya sebagai iron stock,
2. Melakukan kontrol kebijakan pemerintah terhadap penentuan arah dan karakteristik pembangunan daerah,
3. Berupaya untuk senantiasa memenuhi kebutuhan akan perbaikan dari kehidupan masyarakat dan berbagai permasalahan yang terjadi di sana melalui penerapan dan implementasi ilmu yang telah diperoleh di bangku perguruan tinggi,
4. Mengembangkan jaringan (networking) dengan berbagai pihak, khususnya yang memiliki peran dan potensi dalam pembangunan daerah.
Semua itu tak dapat terwujud manakala tidak diawali oleh kepedulian serta sikap kritis terhadap peristiwa sosial yang melahirkan niat dan kemauan untuk turut berperan serta memperbaiki masyarakat. Sehingga nantinya cita-cita untuk mewujudkan Pelalawan sebagai Daerah yang berkedaulatan, berkeadilan, maju dan mandiri dapat diraih.
By: MAHYUDIN (Ketua Pelaksana KONGRES III IKMPI)
(Ketua Umum PB FORKOMMAPEL)

Pentingnya Loyalitas dan kebersamaan dalam organisasi

Written By Unknown on Senin, 22 November 2010 | 10.29

Arti loyalitas dan kebersamaan dalam organisasi – Manusia
diciptakan TUHAN sebagai makhluk yang paling sempurna karena
memiliki akal dan budi. Dengan akal budi ini manusia dituntut
untuk mampu membedakan antara baik dan buruk serta dapat
berpikiran secara kritis dalam menghadapi problema kehidupan.
Berdasarkan hal ini, manusia adalah Zoon Politicon yaitu manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
makhluk lain. Untuk itu manusia juga dituntut untuk mampu
berinteraksi, berhubungan secara timbal balik dengan lingkungan
sosialnya.
Sesuai dengan pendapat ahli sosial Abraham Maslow: melalui
piramida kebutuhan Maslow disebutkan bahwa pada tingkatan
ketiga – manusia perlu berafiliasi/berorganisasi – dimana
kebutuhan ini akan muncul setelah manusia mampu memenuhi
kebutuhan psikologi berupa kebutuhan dasar (sandang, pangan,
papan) dan kebutuhan akan keamanan (safety needs).
Organisasi merupakan wadah/sarana bagi suatu kelompok
individu yang minimal punya suatu kesamaan visi dan misi. Satu
hal penting yang sangat diperlukan oleh sebuah organisasi untuk
mempertahankan keberadaannya adalah LOYALITAS dan
KEBERSAMAAN dari anggotanya. Loyalitas erat kaitannya dengan
kesetiaan. Seorang anggota yang memiliki loyalitas terhadap
organisasinya memiliki kesadaran pribadi untuk memanfaatkan
semua potensi yang ada dalam dirinya demi kemajuan organisasi.
Secara lebih riil, anggota tersebut akan menaati segala bentuk tata
tertib yang berlaku, mendukung program kerja dengan
mengikutsertakan diri sebagai partisipan aktif. Bahkan menjadi
pengurus/kreator ide-ide penting untuk membangun organisasi
dari dalam.
Loyalitas anggota memegang peranan krusial dalam jalannya
organisasi. Tata aturan yang sempurna, program kerja yang
brilian, tanpa disertai dengan loyalitas para eksekutornya adalah hal
yang sia-sia.
Hal yang tidak kalah penting adalah kebersamaan antara anggota
dalam suatu organisasi. Dalam kenyataannya, pelaksanaan
program kerja sebagai bentuk realisasi visi organisasi tidak semua
anggota memiliki kesamaan sistem kerja berdampak buruk bagi
kelangsungan organisasi itu sendiri. Hal ini disebabkan terutama
karena anggota yang mengikuti suatu organisasi tidak berniat
secara penuh untuk mendedikasikan dirinya untuk kelangsungan
organisasi, mereka hanya ingin mengambil manfaat yang mereka
anggap berguna bagi mereka. Singkat kata, mereka hanya aktif
mengikuti kegiatan yang mereka inginkan. Mereka cenderung
bersikap acuh tak acuh dalam mengikutsertakan diri menjalankan
kegiatan organisasi yang tidak ada hubungannya dengan tujuan/
alasan/keinginan mereka ketika mendaftar menjadi anggota
organisasi.
Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa hal yang harus dijalankan
secara kooperatif oleh pengurus organisasi terutama ketua
organisasi.
Yang pertama adalah menjamin pengetahuan setiap anggota
tentang organisasi secara keseluruhan. Pengetahuan tentang
sejarah pendirian, visi, misi, serta program kerja organisasi
misalnya.
Yang kedua, mengadakan kegiatan-kegiatan sesuai basis
organisasi untuk melibatkan anggota secara aktif dalam organisasi
bersangkutan.
Pemberian pengetahuan tentang organisasi dan kepemimpinan
melalui ceramah/seminar dari sumber yang kompeten; diskusi
antar anggota, bila diikuti dengan sungguh-sungguh akan
bermanfaat positif dalam membangun loyalitas dan kebersamaan
antar anggota.
Sikap-sikap positif seperti berjiwa besar, menghargai saran dan
kritik yang bersifat membangun dan berjiwa satria, sangat
berperan penting pula dalam diri masing-masing anggota untuk
mewujudkan loyalitas dan kebersamaan dalam organisasi.

MAHASISWA DAN PERGERAKANNYA ...

Written By Mahyudin on Minggu, 21 November 2010 | 21.50


Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi seperti di daerah yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya demi memperjuangkan sebuah nilai.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional bahkan gerakan mahasiswa dalam sejarah perubahan peradaban dunia berkali-kali telah menorehkan tinta emasnya seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa karena gerakan mahasiswa yang ideal adalah gerakan mahasiswa yang memiliki nilai- nilai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan, berpihak pada kepentingan rakyat, aktivitas amal nyata, konsisten dan tidak terjebak pada kepentinga materi ( uang) dan kekuasaan.
Berbeda dengan partai politik yang berorientasi kekuasaan, gerakan mahasiswa memperjuangkan nilai (values) yang berkaitan dengan kehidupan mahasiswa. Gerakan mahasiswa adalah seperangkat kegiatan mahasiswa yang bergerak menentang dan mempersoalkan realitas objektif yang dianggap bertentangan dengan realitas subjektif mereka. Hal ini teraplikasi melalui aksi- aksi revolusioner dari yang bersifat lunak hingga sangat keras seperti pembuatan pamflet, penyebaran poster, pembuatan tulisan di media massa, diskusi-diskusi politik, lobi, dialog, petisi, mimbar bebas, pawai dikampus, aksi turun kejalan hingga mogok makan. Hal tersebut dilakukan bukan karena bukan pilihan karena mereka telah melihat sinyal adanya nilai- nilai “ suci” atau “ ideal” dan bahkan “universial’ yang tidak berpihak kepada rakyat.
Akan tetapi dewasa ini, dimanakah taring gerakan mahasiswa tersebut ? Gerakan mahasiswa ternyata ikut larut juga dalam kondisi sosial budaya masyarakat kita, mereka mulai tergerus dalam perjalanan zaman. Mereka lebih memilih untuk berada di zona nyaman mereka dari pada harus bersuara dalam aspirasi rakyat. Arah gerakan mahasiswa sudah tidak lagi berbicara konteks memperjuangkan kepentingan masyarakat tertindas, tetapi lebih berbicara apa yang dapat diuntungkan dari situasi yang sulit ini, bahkan mereka rela menggadaikan idealism mereka dengan mencari muka dipanggung politik atas nama rakyat (red: katanya). Gerakan mahasiswa juga sering terlalu berani dan lurus tanpa konsep yang matang, sehingga mudah sekali dibaca, dikendalikan, dan akhirnya dimanfaatkan gerakan kelompok yang berkepentingan.
Degradasi inilah yang menyebabkan kemerosotan daya pikir dan intelektual mahasiswa. Mereka enggan lagi berbicara tentang ide-ide cemerlang untuk solusi masalah daerah, apalagi mengorbankan jiwa mereka demi tegaknya nilai-nilai ideal. Padahal mahasiswa harusnya bersifat kritis, idealis, militan, progesive, dan revolusioner untuk mempertanyakan hal dari yang bersifat pinggiran ke masalah yang bersifat perubahan. Mahasiswa sebagai Social Control serta motor penggerak pembaharu seharusnya tetap peduli dan berpihak kepada masyarakat bawah karena sampai kapan pun mahasiswa dengan semangat intelektualitasnya akan tetap memegang peranan penting dalam mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah agar tetap memikirkan kebutuhan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, serta menjadi penjaga demokrasi bangsa Indonesia dengan pengorbanan ikhlasnya membela kepentingan rakyat…
Bangkitlah Mahasiswa !
GERAKAN mahasiswa dalam sejarah perubahan peradaban dunia berkali-kali telah menorehkan tinta emasnya. Dimulai pada awal abad ke-12 dengan berdirinya Universitas Bologna di Paris. Saat itu lebih dikenal dengan semboyan ‘Gaudeamus Igtiur, Juvenes Dum Sumus” (kita bergembira, selagi masih muda). Pergerakan mahasiswa senantiasa memberikan pencerahan baru dalam setiap sikapnya tak terkecuali di Indonesia, salah satu elemen yang turut membawa negara ini merdeka ialah kaum muda (baca: mahasiswa).
Peran mahasiswa pada angkatan 66, 74 dan 98 telah memberikan label The Agent of Social Control. Apalagi perjuangan mereka tidak lain adalah penyalur lidah masyarakat yang tertindas pada masa rezim tertentu. Kekuatan moral yang terbangun lebih disebabkan karena mahasiswa yang selalu bergerak secara aktif. Seperti dengan turun ke jalan demi berteriak menuntut keadilan dan pembelaan terhadap hak-hak wong cilik.
Namun seiring perjalanan waktu gerakan mahasiswa akhir-akhir ini seperti kehilangan gregetnya, aksi-aksi penentangan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat tidak lagi mampu mengundang simpati mereka. Bahkan rakyat cenderung beranggapan -- mahasiswa cuma bisa ngomong dan demo melulu. Apalagi ditemukan beberapa kasus demo bayaran. Terlebih dengan ulah mahasiswa pada saat Pilkada di beberapa daerah akhir-akhir tahun ini. Belum lagi perilaku-perilaku negatif kian marak dibawa sebagian mahasiswa ke dalam lingkungan sekitar kampus, sehingga dengan memukul rata rakyat semakin yakin akan ‘kemunafikan’ mahasiswa.
Faktor-faktor eksternal di atas semakin kompleks dengan permasalahan internal yang dihadapi oleh hampir semua organisasi pergerakan yaitu sepinya kader baru. Kader sebagai SDM organisasi memegang peranan vital menyangkut mati hidupnya organisasi. Hal ini disebabkan kebijakan pendidikan di Indonesia yang mulai berkiblat pada kapitalisme dan liberalisme. Pembatasan masa studi dan biaya SPP yang membumbung tinggi adalah bukti konkretnya. Sudah saatnya para aktivis pergerakan mengubah orientasi dengan menegedepankan nuansa gerakan intelektual (intellectual movement) selain gerakan masa dalam menuntaskan cita- cita yang diawali dengan ikrar sumpah pemuda.
Secara hakiki, gerakan mahasiswa adalah gerakan intelektual—jauh dari kekerasan dan daya juang radikalisme. Mengingat, gerakan ini bermuara dari kalangan akademis kampus— cenderung mengedapankan rasionalitas dalam menyikapi perbagai permasalahan.
By: mahyudin (PB FORKOMMAPEL)

Mahasiswa Sebagai Agen Of Change

Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata. Mahasiswa juga bukanlah hanya sekedar orang yang belajar di perguruan tinggi. Tapi pengertian mahasiswa lebih dari itu. Mahasiswa adalah seorang “agent of change”.
Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini.

Masyarakat awam melihat mahasiswa sebagai tempat dimana harapan akan
suatu perubahan mereka gantungkan. Secara garis besar, setidaknya ada 3 peranan mahasiwa, yaitu : peranan moral, sosial dan intelektual. Yang pertama peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat. Kedua adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan social, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Yang terakhir adalah peranan intelektual. Mahasiswa
sebagai mahluk yang digadang-gadang sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki.

Peranan mahasiwa dalam kaitannya untuk mewujudkan kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik, bangsa ini tidak akan pernah mempunyai harapan bila para pemudanya, khususnya mahasiswa, hanya pandai berbicara “Indonesia bisa berubah”, “ Kami bisa merubah Indonesia”, atau “ Indonesia masih punya harapan “, tanpa pernah melakukan tindakan nyata, tanpa pernah memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia yang lebih baik. Karena segala janji dan ikrar takkan pernah berarti apa-apa tanpa diiringi dengan tindakan nyata. Untuk itu, setiap mahasiswa harus bersinergi, berfikir kritis dan bertindak konkret, untuk secara bersama-sama menjadi pelopor dalam pembaharuan kehidupan bangsa.

Seorang mahasiswa tidak pernah salah. Ketika apa yang ia bicarakan benar maka berati ia hebat. Tetapi ketika apa yang ia bicarakan adalah maka itu karena ia sedang belajar. Jadi penting bagi kita semua bahwa sebagai mahasiswa kita tidak boleh takut untuk terus belajar. Belajar tidak hanya didapat di bangku perkuliahan. Belajar berorganisasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya dapat meningkatkan pemahaman kita tentang kehidupan yang sebenarnya.

Terlebih lagi bagi para mahasiswa Fakultas Hukum, dalam setiap pergerakan, advokasi2 terhadap rakyat, mahasiswa fakultas hukum seharusnya berada pada garda paling depan. Kenapa? Karena kita punya ilmu akan itu. Kita punya ilmu akan advokasi, ilmu mengenai hukum, ilmu untuk membela rakyat yang lemah dari kesewenang-wenangan para penguasa.

Tapi pertanyaannya, mengapa kita harus berbuat sesuatu untuk rakyat? Mengapa bukan orang lain? Sebagai seorang mahasiswa universitas penyandang nama negara yang kehidupan kampusnya disubsidi dari pajak penghasilan rakyat, kita tidak boleh melupakan tridharma perguruan tinggi yang terakhir yaitu, pengabdian masyarakat. Terlebih lagi tanah yang digunakan oleh Universitas Indonesia merupakan hibah dari para masyarakat sekitar yang merelakan tanah mereka untuk pembangunan sebuah universitas secara cuma-cuma. Oleh karena itu, kita tidak boleh menjadikan kampus UI sebagai menara gading yang jauh dari masyarakat, tetapi kita harus menjadikan kampus UI kita tercinta ini sebagai menara air yang menyejukkan dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

Untuk mewujudkan semua itu, setidaknya ada 3 hal penting yang harus diperhatikan bagi seorang mahasiswa yang menjadi seorang aktivis sosial, yaitu:

pertama, kita tidak boleh melupakan tugas utama kita sebagai mahasiswa yang harus bertanggung jawab atas keilmuan dan kompetensi diri sebagai
bagian dari civitas akademika UI.

Kedua, kita juga tidak boleh melupakan tanggung jawab kita terhadap kedua
orang tua sebagai seorang anak dimana setiap orang tua pastilah menginginkan anaknya untuk sukses dan dapat menjadi kebanggaan bagi mereka.

Ketiga, semua dilakukan secara seimbang, sesuai dengan porsinya masing-masing. Artinya kita dapat menyeimbangkan semua kewajiban kita sebagai seorang anak, seorang mahasiswa, seorang aktivis, dan lain sebagainya.

Demikianlah, dapat jelas terlihat bahwa peranan mahasiswa sebagai agen perubahan bukanlah sekedar jargon bukan pula hanya sebuah slogan tetapi hal ini harus dijadikan sebagai pemicu untuk dapat direalisasikan ke dalam kehidupan nyata. Bahwa kita, mahasiswa Hukum Fakultas Indonesia sudah menyatakan komitmen bahwa kita tidak akan hanya sekedar berpangku tangan, bahwa kita akan berbuat sesuatu untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Pemilu Kada Kabupaten Pelalawan Yang Demokratis. Mungkinkah ?????

Adanya Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) nantinya diharapkan akan mempercepat proses demokratisasi dan juga membuka jalan untuk mensejahterakan rakyat. Sebagaimana disampaikan Brian C. Smith,“apabila terjadi perbaikan kualitas demokrasi di daerah, maka secara otomatis akan terjadi perbaikan kualitas demokrasi di tingkat nasional”. Oleh karena itulah, Pemilukada dipandang sebagai solusi untuk mewujudkan kehidupan yang lebih demokratis. Asumsinya, dengan Pemilukada yang demokratis, maka kehidupan yang demokratis di daerah akan tercipta yang secara otomatis akan menciptakan kehidupan demokratis secara nasional.

Dimana tidak ada lagi kepala daerah yang "tersandera" oleh kontrak politik dengan DPRD pada saat proses pemilihannya dulu, sehingga kepala daerah lebih leluasa untuk menjalankan program-program pembangunan yang dijanjikannya dahulu kepada rakyat. Rakyatpun akhirnya benar-benar diposisikan sebagai pemegang kekuasaan seperti yang diamanatkan UUD.

Namun faktanya, pelaksanaan Pemilukada masih jauh dari yang diimpikan. Pemilukada terkadang malah menjadi "blunder" yang membuat rakyat bertambah sengsara. Pemilukada hanya dinikmati para elitis, dan rakyat lagi-lagi masih sebagai objek politik. Mulai dari proses pemilihan hingga berkuasanya pemimpin yang dihasilkan Pemilukada, kebanyakan tidak merubah keadaan rakyat kepada keadaan yang lebih baik. Pemilukada pun terkadang hanya menghasilkan raja-raja kecil di daerah.

Selain itu Pemilukada juga masih rawan konflik. Bisa dilihat dari pengalaman Pemilukada yang sudah dilakukan di beberapa daerah. Begitu banyak Pemilukada yang berakhir ricuh karena ketidakdewasaan/ketidakpuasan para calon itu sendiri. Padahal, sebagian besar masyarakat menerima dengan lapang hasil-hasil Pemilukada tersebut, namun prilaku elit politik dalam Pemilukada yang tidak siap kalah dan yang lebih mengandalkan kemampuan memobilisasi massa dengan uang yang membuat Pemilukada menjadi ricuh.

Disamping itu, money politik dalam pemilukada pun masih pasif. Sehingga timbul kekhawatiran, pemimpin yang dihasilkan akibat money politik pada perjalanan kepemimpinannya kemudian lebih berkonsentrasi pada pengembalian modal/pinjaman ketimbang membangun daerahnya. "Di daerah perkotaan akan terjadi lebih banyak dalam bentuk pemberian uang secara langsung. Sementara di pedesaan, praktik politik uang terjadi dalam bentuk pemberian sembako, pembagian uang dalam forum pengajian serta dalih dana bantuan desa, dan akan mengikutsertakan tokoh-tokoh yang berpengaruh." Sadar atau tidak, politik uang inilah yang kemudian merusak pikiran dan moralitas pemilih. Sehingga pemilih pemula kebanyakan memilih bukan lagi berdasarkan hati nurani, tetapi calon mana yang paling banyak uangnya. Disamping masalah diatas, masih banyak lagi persoalan lainnya yang muncul pada saat proses pelaksanaan Pemilukada yang membuat pemilukada kehilangan tujuannya.

Hanya butuh keseriusan dan kedewasaan semua pihak supaya Pemilukada tersebut sesuai dengan tujuan semula. Oleh karena itu Pemilukada Pelalawan yang sudah di depan mata harus dipersiapkan dengan baik, sehingga Pemilukada benar-benar menghasilkan pemimpin yang sesuai keinginan rakyat. Pemerintah bersama KPU Pelalawan sebagai pelaksana harus mempersiapkan Pemilukada secara matang, sehingga kecurangan-kecurangan yang akan terjadi dalam Pemilukada bisa diminimalisir bahkan dihilangkan.

Disamping itu, kedewasaan berpolitik para calon juga sangat diharapkan. Para calon sangat diharapkan untuk tidak hanya siap menang, tetapi juga harus siap kalah. Sehingga gaya-gaya curang seperti politik uang, kampanye negatif, serta pemobilisasian massa apabila kalah yang menimbulkan konflik/keributan, tidak perlu dihalalkan untuk meraih tampuk kekuasaan.

Peran media baik nasional maupun lokal serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat juga tak kalah penting untuk mengawal proses Pemilukada sehingga berjalan dengan demokratis. Dan yang sangat penting adalah, harus ada upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan berpolitik rakyat. Rakyat pemili pemula sebagai pemilik kekuasaan yang sesungguhnya harus "melek" secara politik sehingga rakyat dengan sadar dan cerdas menggunakan hak pilihnya. Sebab dengan demikianlah proses demokrasi lewat pemilukada bisa terwujud.

Semoga Pemilukada Kabupaten Pelalawan nantinya dapat menjadi Pemilukada yang demokratis dan menghasilkan seorang pemimpin Pelalawan yang bertanggungjaab, serta dapat menejahterahkan kualitas hidup rakyatnya. Jangan setelah menjadi pemimpin, malah lupa dengan rakyatnya dan tidak menepati janji-janjinya…

By: mahyudin ( PB FORKOMMAPEL)

Pentingnya terobosan baru untuk meningkatkan rasa loyalitas dan rasa memiliki terhadap Organisasi

Written By Unknown on Sabtu, 20 November 2010 | 11.32

Kesulitan Hipmawan saat ini kurangnya terobosan yang bisa memicu rasa loyalitas tinggi dan rasa yang memiliki terhadap organisasi dari segenap elemen dan anggotanya. Hal ini menyebabkan nilai-nilai kebersamaan sering terabaikan. Semestinya hipmawan perlu berpikir cerdas menyingkapi hal itu dan melakukan terobosan terobosan agar kepedulian terhadap organisasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tiap anggota yang tergabung dibawah naungan Hipmawan.
seharusnya komitmen hipmawan sendiri. Bagaimana menimbulkan rasa memiliki terhadap organisasi sehingga dengan sendirinya anggota yang tergabung dalam hipmawan punya rasa tanggung jawab sendiri tuk ikut serta dalam perkembangan hipmawan kedepan.
yang kita lakukan seharusnya bukan menarik orang tuk ikut berpastisipasi dalam organisasi melainkan orang itu sendiri yang datang untuk berpastisipasi dengan sendirinya. Bagaimana itu bisa terjadi perlu perencanaan yang brilian dengan mempelajari sikap dan tindak tanduk tiap anggota dan kelemahan-kelemahan yang mungkin bisa dijadikan celah untuk memotivasi diri mereka terhadap organisasi.. Tidak smua orang yang suka terhadap organisasi karena memiliki unsur pandangan yang berbeda nilai-nilai tersendiri dalam dirinya.. Untuk itu yang harus dilakukan kedepan bagaimana mengubah pandangan ataupun paradigma mereka terhadap organisasi.

Perlu adanya langkah-langkah nyata seperti meningkatkan nilai eksistensi sebuah organisasi dan orang2 didalamnya menjadi sebuah nilai menfaat dan kebanggaan dalam dirinya...
Tindakan Nyata
meningkatkan kerja sama dengan pemerintah daerah pelalawan sehingga mendapatkan kepercayaan penuh dan diberikan rekomendasi seluas2nya berkenaan dengan pelajar dan kemahasiswaan sebagai penyambung tangan antara segenap anggota hipmawan dengan pemerintah. Artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan kepengurusan pada pemerintah harus ada rekomendasi sah dari hipmawan untuk ditindak lanjuti terhadap program-program pemerintah baik berupa beasiswa dan bantuan dana lainnya. Sehingga keuntungan bagi pemerintah daerah akan membatasi mapia2 proposal dengan segala ide muslihatnya untuk mencairkan dana atas nama pelajar dan mahasiswa pelalawan... Dan perintah memberikan hak penuh untuk menyeleksi sebelum diberikan rekomendasi untuk dilanjutkan kepada pemerintah untuk ditindak lanjuti.

2. Kartu nama yang mungkin sangat diperlukan. Hal kecil ini juga akan bisa meningkatkan rasa loyalitas terhadap organisasi dan memudahkan untuk pendataan secara keseluruhan dan ini akan menjadi syarat utama dalam pengurusan rekomendasi dari Hipmawan. Dengan adanya kartu nama/ group member juga akan memastikan tingkat kualitas organisasi dan membatasi gerak gerik mapia proposal lainnya yang mengambil keuntungan dari program pemerintah daerah pelalawan.

3. Reunian Akbar Tahunan. Sebuah program yang mengingatkan semua elemen hipmawan dan penghubung terhadap junior dan senior dalam satu rantai organisasi Hipmawan...

4. Program2 bermanfaat lainnya. Yang bisa meningkatkan nilai-nilai kebersamaan secara keseluruhan, rasa persaudaraan senasib dan seperjuangan, rasa memiliki dan persatuan yang kuat..

Sedikit tapi akan membawa nilai mamfaat buat hipmawan kedepan untuk menunjukan siapa jatidirinya sebenarnya.. Dan saya yakin penerapan metode ini secara bertahap akan menjadikan kita organisasi yang besar yang menjunjung tinggi nilai2 kebersamaan. Dan rasa persaudaan yang kuat antar intelektual pelajar dan Mahasiswa Pelalawan...

Mari kita wujudkan rasa persatuan dan kesatuan dalam keberasamaan antar sesama anggota hipmawan...

NB : Buat para sahabat hipmawan yang ingin berbagi artikel seputar pandangannya buat hipmawan kita bisa berkirim email ke riezal.affiliate@gmail.com

Pentingnya Peranan Pemerintah Dalam Menuntaskan Krisis Politik ditubuh Hipmawan

Written By Unknown on Kamis, 18 November 2010 | 00.59

Infokom Hipmawan - Rasa prihatin atas polemik ditubuh hipmawan pekanbaru beberapa tahun silam terkesan terabaikan. Lambannya Hipmawan dalam menyingkapi masalah ini berujung perpecahan yang tidak tahu hingga kapan diselesaikan...
beberapa tahun silam terjadi kekacauan internal hipmawan dalam kanca politiknya yang berujung perpecahan dua kubu himpinan pelajar dan mahasiswa pelalawan hingga sekarang. Sangat disayangkan masalah internal ini tidak kunjung terselesaikan dan seolah olah membiarkan hal ini berlanjut hingga sekarang.
dilihat dari kronologis perpecahan ini terjadi berawal dari masa kepemimpinan saudara Hendri BS yang mengakibatkan kecemburuan sosial mahasiswa perairan terhadap mahasiswa daratan yang slalu berhasil mengusung kandidatnya di kursi kepemimpinan hipmawan. Rusaknya demokrasi kepemimpinan diakibatkan manajemen konflik yang telah sengaja direncanakan sebagai planning B oleh mahasiswa perairan apabila kandidat yang diusung untuk maju memimpin Hipmawan pada masa itu menuai kekalahan. Dan hal itu terjadi setelah sesi akhir pemungutan suara dari seluruh delegasi kecamatan telah membulatkan bahwa Hendri BS sebagai kandidat yang diusung mahasiswa daratan yang memiliki suara terbanyak dan memenangkan secara demokratis. Selang waktu beberapa saat terjadilah konflik adu mulut yang berujung pada bentrokan antara dua kubu yang memperebutkan kursi kepemimpinan. Hingga akhirnya pihak penyelenggaraan tempat turun tangan dan mengancam akan melaporkan hal itu pada pihak berwajib hingga masing masing kubu membubarkan diri dan jadi perbincangan hangat dalam internal Hipmawan..
Disinilah awal perpecahan terjadi hingga sekarang tetap berlanjut yang tak punya penyelesaian dan terkesan terabaikan. Sangat disayangkan memang beberapa pihak menganggap masalah ini sepele dan tidak berpengaruh dalam Hipmwan sendiri hingga tidak ada penyelesaian dan terkesan dilupakan.
Sekarang ada jadinya tanpa rasa persaudaraan, senasib dan seperjuangan dalam satu naungan Hipmawan. Mahasiswa yang tergabung dalam kecamatan peerairan memisahkan diri dari kesatuan Hipmawan yang berujung perpecahan yang tak semestinya ini terjadi berlangsung hingga sekarang. Prihatin memang tapi inilah kenyataan yang riil terjadi dan tak heran Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Pelalawan terbagi jadi dua kesatuan padahal masih satu visi dan visi, tujuan organisasi yang sama. Knapa harus terpisah ? Knapa tidak ada penyelesaian ? Kini belum terjawab dan masih jadi tanda tanya yang BESAR. Ada apa ditubuh HIPMAWAN ?
Dalam polemik ini Infokom Hipmawan merasa prihatin sebagai media yang diharapkan bisa merangkul pelajar kita sebagi motivasi betapa pentingnya kesatuan, betapa pentingnya kebersamaan yang melihat hal ini sangat menggangu dalam proses pelaksanaan.
Berharap ada solusi penyelesaian dari masing masing kubu yang terkait dan perhatian pemerintah pelalawan secara serius menyelesaikan polemik ini dalam ketidak jelasan hingga sekarang. Pentingnya peranan pemerintah ini diharapkan bisa perbaikan system ditubuh hipmawan...

Perlu kerjasama Hipmawan dan Pemerintah daerah dalam membangun sumber daya manusia khususnya menyatukan rasa tali persaudaraan dalam kebersamaan, kreatifitas dan kredibilitas sebagai penerus masa depan kabupaten Pelalawan..

Mahasiswa Pelalawan Di Yogyakarta Aman Dari Ancaman Gunung Merapi

Written By Unknown on Rabu, 17 November 2010 | 19.37

PELALAWAN -www.korandigital.com Mahasiswa Pelalawan yang sekolah di Yogyakarta sudah berada dalam kondisi aman. Pasalnya, pada Jum'at kemarin (12/11), rombongan mahasiswa Pelalawan yang terbagi dalam dua kloter penerbangan sudah menuju ke kampung halamannya masing-masing di Kabupaten Pelalawan.
Demikian hal ini disampaikan oleh Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Riau - Kabupaten Pelalawan (IPMR-KP), Evan Stiady, pada wartawan lewat telpon selulernya, Jum'at (12/11). Menurutnya, pukul 08.45 WIB Jum'at kemarin (12/11), kelompok terbang pertama mahasiswa Pelalawan yang tergabung dalam Himpunan Pelajar Mahasiswa Pelalawan Yogyakarta selamat sampai di bandara SSK II Pekanbaru.
"88 mahasiswa Pelalawan-Yogya ini terpaksa balik kampung sebagai upaya menghindar dari ancaman letusan Gunung Merapi. Apalagi salah satu mahasiswa asal Pelalawan Supriadi tewas tertimbun wedus gembel Merapi beberapa hari lalu," katanya.
Evan menjelaskan kepulangan mereka ke kampung halaman ini sambil menunggu situasi Merapi benar-benar aman, baru kemudian balik lagi ke Yogya untuk melanjutkan pendidikan. Dan dari 88mahasiswa yang pulang itu terbagi dalam dua kelompok penerbangan dengan menggunakan Lion Air. "Kloter pertama sampai di SSK II Pekanbaru pukul 08.45WIB dan sampai ke Pangkalan Kerinci pukul 11.00 WIB," katanya.
Sementara gelombang kedua mahasiswa yang berangkat dari Yogyakarta sejak Kamis (11/11), sambungnya, baru sampai di bandara SSK II pukul 10.50 WIB dan sampai di Pangkalan Kerinci pukul 14.30 WIB. Dan dari bandara SSK II para mahasiswa menggunakan bus Pemda Pelalawan. "Di kantor BUpati tidak ada acara penyambutan karena kawan-kawan pada kelelahan semua. Langsung dijemput orang tua dan pulang ke rumah masing-masing. Tapi di Jakarta, kami di jemput oleh tim dari pemda Pelalawan yakni Kadis Sosial yaitu Pak Amiruddin Muslim," bebernya.
Sebenarnya, masih kata Evan, dari data Hipmawan Yogyakarta tercatat 197mahasiswa sebelumnya sudah pulang dan kemarin 88 mahasiswa serentak dengan biaya yang ditanggung oleh Pemkab Pelalawan. beberapa mahasiswa memang masih ada yang menetap do Yogya namun sebagian yang lain sudah pergi ke tempat yang aman."Masih ada mahasiswa yang menetap Jogya, juga ada yang pergi ke daerah lain yang aman dari bencana Merapi, seperti Jakarta, Bandung dan daerah lain di Pulau Jawa," ujarnya.
Diceritakannya, bahwa keberangakatan para mahasiswa ini balik kampung dimulai sejak pukul 13.00 WIB Kamis (11/11) menumpangi bus dan sampai di bandara Soekarno-Hatta pukul 03.25 WIB Jumat(12/11). Di Jakarta rombongan mahasiswa disambut tim penjemputan yakni Kadis Kessos Pelalawan Amiruddin,S.Pd bersama stafnya."Kami di Jakarta dijemput oleh Pak Amiruddin, Kadis Sosial," katanya.
Dalam kesempatan ini, dirinya berharap bagi rekan mahasiswa yang sudah bertemu orang tua dan keluarganya semoga diberikan ketenangan setelah mendapat ancaman bahaya Merapi."Kami juga berharap bencana di tanah air cepat berakhir sehingga kami bisa melanjutkan pendidikan di sana," paparnya.
Tak lupa dirinya juga menyampaikan rasa belasungkawa terhadap keluarga Supriadi, mahasiswa asal Kecamatan Pangkalan Lesung Pelalawan yang tewas tertimbun material panas Merapi saat menjadi relawan."Semoga keluarga teman kami Supriadi diberikan ketabahan, kekuatan dan ketabahan dari yang
Maha Kuasa," tutupnya. (M.Panjaitan)

Sumber : www.korandigital.com

Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Pelalawan (Hipmawan) bersilaturahmi dengan mengunjungi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP)

Written By Unknown on Minggu, 14 November 2010 | 06.35

Setelah terbentuknya kepengurusan baru periode 2010 – 2011, Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Pelalawan (Hipmawan) bersilaturahmi dengan mengunjungi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Kunjungan yang diikuti para pengurus dan anggota HIPMAWAN ini diterima langsung oleh Manajemen RAPP yang diwakili oleh Stakeholder Relations (SHR) Manager, Wan Jakh, Mill Environment Manager, Bukhari, Campus and NGO Relations Head, Samsuriya M Hasyim, dan Community Relations Head, Mabrur AR bertempat di Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu (BPPUT) CD RAPP, pekan lalu.

Acara yang diawali dengan perkenalan antara pengurus Hipmawan dan perwakilan manajemen RAPP, dilanjutkan dengan presentasi mengenai operasional perusahaan dan berbagai kebijakan yang ada di perusahaan. Sesi diskusi diwarnai dengan berbagai macam pertanyaan seputar pengalokasian pekerja lokal (putra daerah) yang bekerja di perusahaan juga pertanyaan seputar pengelolaan di Semenanjung Kampar.

Wan Jakh, dalam sambutannya mengungkapkan rasa bangga kepada para pengurus yang telah besar hati mau mengunjungi RAPP di awal kepengurusan mereka. ‘’Kami senang dan merasa bangga, rekan-rekan mau menyambangi rumah (perusahaan, red) ini. Kedatangan rekan-rekan ini memiliki arti bahwa rekan-rekan peduli dengan kami di sini. Disamping itu juga, kami berharap dengan hubungan yang harmonis semoga kita mampu bekerja bersama-sama dalam mewujudkan cita-cita kita dalam mengembangkan bumi Pelalawan tercinta ini,” ujarnya.

Sementara itu, Izun, Ketua Hipmawan mengungkapkan rasa terima kasih atas kesediaan RAPP dalam menyambut kedatangan mereka serta bersedia meluangkan waktu untuk dapat berbagi cerita dan menyinergikan program secara bersama-sama guna membangun negeri Pelalawan seperti yang dicita-citakan. ‘’Kami mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak-bapak sekalian menerima kunjungan kami ini. Kami berharap kunjungan kami ini dapat memberikan suatu pencerahan, dan kami berharap kita dapat bekerja sama dalam membangun Pelalawan ini agar lebih baik. Mungkin kita dapat menyelaraskan dan menyinergikan program-program yang bersifat sosial,” ujar mahasiswa asal Desa Lubuk Kembang Bungo, Ukui ini.

Diakhir silaturahmi tersebut rombongan HIPMAWAN diajak mengunjungi Mill Area RAPP untuk melihat operasional perusahaan secara langsung. Rombongan yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar tersebut dapat melihat dari dekat pengolahan bubur kertas (pulp) hingga proses akhir menjadi kertas (paper). serta Instalasi Pengolahan Limbah (Ipal) RAPP.

Seorang pengurus turut memberikan komentar seputar operasional RAPP di semenanjung Kampar. ‘’Kami datang kesini, juga sekalian ingin tahu bagaimana RAPP mengelola semenanjung kampar yang kita tahu merupakan kawasan gambut. Kalau kami tahu bagaimana RAPP mengelolanya, jika sewaktu-waktu ada permasalahan, maka kiranya kami dapat membantu dan turut memberikan penjelasan terhadap hal itu,” Ujarnya disela sela kunjungan.***(rls)

FORKOMMAPEL (Selamat Hari Raya Idhul Adha)

idhul Adha dan peristiwa kurban yang setiap tahun dirayakan umat muslim di dunia seharusnya tak lagi dimaknai sebatas proses ritual, tetapi juga diletakkan dalam konteks peneguhan nilai-nilai kemanusiaan dan spirit keadilan, sebagaimana pesan tekstual utama agama.

Kurban dalam bahasa Arab sendiri disebut dengan qurbah yang berarti mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ritual Idul Adha itu terdapat apa yang biasa disebut udlhiyah (penyembelihan hewan kurban). Pada hari itu kita menyembelih hewan tertentu, seperti domba, sapi, atau kerbau, guna memenuhi panggilan Tuhan.
Idul Adha juga merupakan refleksi atas catatan sejarah perjalanan kebajikan manusia masa lampau, untuk mengenang perjuangan monoteistik dan humanistik yang ditorehkan Nabi Ibrahim. Idul Adha bermakna keteladanan Ibrahim yang mampu mentransformasi pesan keagamaan ke aksi nyata perjuangan kemanusiaan.

Dalam konteks ini, mimpi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail, merupakan sebuah ujian Tuhan, sekaligus perjuangan maha berat seorang Nabi yang diperintah oleh Tuhannya melalui malaikat Jibril untuk mengurbankan anaknya. Peristiwa itu harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang menunjukkan ketakwaan, keikhlasan, dan kepasrahan seorang Ibrahim pada titah sang pencipta.
Bagi Ali Syari’ati (1997), ritual kurban bukan cuma bermakna bagaimana manusia mendekatkan diri kepada Tuhannya, akan tetapi juga mendekatkan diri kepada sesama, terutama mereka yang miskin dan terpinggirkan. Sementara bagi Jalaluddin Rakhmat (1995), ibadah kurban mencerminkan dengan tegas pesan solidaritas sosial Islam, mendekatkan diri kepada saudara-saudara kita yang kekurangan.
Dengan berkurban, kita mendekatkan diri kepada mereka yang fakir. Bila Anda memiliki kenikmatan, Anda wajib berbagi kenikmatan itu dengan orang lain. Bila Anda puasa, Anda akan merasa lapar seperti mereka yang miskin. Ibadah kurban mengajak mereka yang mustadh’afiin untuk merasakan kenyang seperti Anda.
Atas dasar spirit itu, peringatan Idul Adha dan ritus kurban memiliki tiga makna penting sekaligus. Pertama, makna ketakwaan manusia atas perintah sang Khalik. Kurban adalah simbol penyerahan diri manusia secara utuh kepada sang pencipta, sekalipun dalam bentuk pengurbanan seorang anak yang sangat kita kasihi.
Kedua, makna sosial, di mana Rasulullah melarang kaum mukmin mendekati orang-orang yang memiliki kelebihan rezeki, akan tetapi tidak menunaikan perintah kurban. Dalam konteks itu, Nabi bermaksud mendidik umatnya agar memiliki kepekaan dan solidaritas tinggi terhadap sesama. Kurban adalah media ritual, selain zakat, infak, dan sedekah yang disiapkan Islam untuk mengejewantahkan sikap kepekaaan sosial itu.
Ketiga, makna bahwa apa yang dikurbankan merupakan simbol dari sifat tamak dan kebinatangan yang ada dalam diri manusia seperti rakus, ambisius, suka menindas dan menyerang, cenderung tidak menghargai hukum dan norma-norma sosial menuju hidup yang hakiki.
Bagi Syari’ati, kisah penyembelihan Ismail, pada hakikatnya adalah refleksi dari kelemahkan iman, yang menghalangi kebajikan, yang membuat manusia menjadi egois sehingga manusia tuli terhadap panggilan Tuhan dan perintah kebenaran. Ismail adalah simbolisasi dari kelemahan manusia sebagai makhluk yang daif, gila hormat, haus pangkat, lapar kedudukan, dan nafsu berkuasa. Semua sifat daif itu harus disembelih atau dikorbankan.
Pengorbanan nyawa manusia dan harkat kemanusiaannya jelas tidak dibenarkan dalam ajaran Islam dan agama mana pun. Untuk itu, Ibrahim tampil menegakkan martabat kemanusiaan sebagai dasar bagi agama tauhid, yang kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad dalam ajaran Islam. Ali Syari’ati mengatakan Tuhan Ibrahim itu bukan Tuhan yang haus darah manusia, berbeda dengan tradisi masyarakat Arab saat itu, yang siap mengorbankan manusia sebagai “sesaji” para dewa.
Ritual kurban dalam Islam dapat dibaca sebagai pesan untuk memutus tradisi membunuh manusia demi “sesaji” Tuhan. Manusia, apa pun dalihnya, tidak dibenarkan dibunuh atau dikorbankan sekalipun dengan klaim kepentingan Tuhan. Lebih dari itu, pesan Iduladha (Kurban) juga ingin menegaskan dua hal penting yang terkandung dalam dimensi hidup manusia (hablun minannas).
Pertama, semangat ketauhidan, keesaan Tuhan yang tidak lagi mendiskriminasi ras, suku atau keyakinan manusia satu dengan manusia lainnya. Di dalam nilai ketauhidan itu, terkandung pesan pembebasan manusia dari penindasan manusia lainnya atas nama apa pun. Kedua, Idul Adha juga dapat diletakkan dalam konteks penegakan nilai-nilai kemanusiaan, seperti sikap adil, toleran, dan saling mengasihi tanpa dilatarbelakangi kepentingan-kepentingan di luar pesan profetis agama itu sendiri.
Masalahnya, spirit kemanusiaan yang seharusnya menjadi tujuan utama Islam, dalam banyak kasus tereduksi oleh ritualisme ibadah-mahdah. Seakan-akan agama hanya media bagi individu untuk berkomunikasi dengan Tuhannya, yang lepas dari kewajiban sosial-kemanusiaan. Keberagamaan yang terlalu teosentris dan sangat personal itu, pada akhirnya terbukti melahirkan berbagai problem sosial dan patologi kemanusiaan.
Alquran menganjurkan kita agar mengikuti agama Ibrahim yang hanif, lurus dan tidak menyimpang. Selain hanif, agama Ibrahim juga agama yang samaahah, yang toleran terhadap manusia lain. Pesan kurban harus mampu menjawab persoalan nyata yang dihadapi umat, seperti perwujudan kesejahteraan, keadilan, persaudaraan, dan toleransi. Sulit membayangkan jika banyak umat yang saleh secara ritual, khusyuk dalam berdoa, dan rajin berkurban, tetapi justru paling tak peduli pada tampilnya kemungkaran.
Sekaranglah saatnya kita mewujudkan penegakan solidaritas dan keadilan sosial sebagaimana diajarkan Nabi Ibrahim, dan membumikan ajaran Ismail sebagai simbol penegakan nilai-nilai ketuhanan di tengah-tengah kehidupan umat manusia yang kian individual, pragmatis, dan menghamba pada materi. Karena, seperti kata Rabindranath Tagore (1985), Tuhanmu ada di jalan di mana orang menumbuk batu dan menanami kebunnya, bukan di kuil yang penuh asap dupa dan gumaman doa para pengiring yang sibuk menghitung lingkaran tasbih.

SEGENAP PENGURUS FORKOMMAPEL MENGUCAPKAN MET IDHUL ADHA..... 


Search by : hipmawan indonesia, hipmawan pekanbaru, hipmawan jakarta, hipmawan padang, hipmawan medan, hipmawan jokjakarta, pelajar dan mahasiswa pelalawan, infokom hipmawan, sosial dan politik, ikmpi, hipmawan news, blog hipmawan, berita hipmawan

Dampak Merati Meletus, 88 Mahasiswa Pelalawan di Yokyakarta Pulang Kampung

Written By Unknown on Sabtu, 13 November 2010 | 05.22

Sebanyak 88 mahasiswa Pelalawan yang tengah kuliah di Yogyakarta memilih pulang kampung. Mereka khawatir ancaman Gunung Meranti yang sewaktu-waktu bisa meletus kembali.
Riauterkini-PANGKALANKERINCI-Sebanyak 88orang mahasiswa Pelalawan yang tergabung kepada Himpunan Mahasiswa Pelalawan di Yokyakarta akhir pulang kampung. Hal tersebut guna menghindari dari ancaman letusan Gunung Merapi. Apalagi salah satu mahasiswa asal Pelalawan Supriadi tewas tertimbun wedus gembel Merapi beberapa hari lalu. Kesemuanya, Jumat (12/11/10) pukul 08.45 WIB kelompok terbang pertama mendarat selamat sampai di bandara SSK II Pekanbaru.
''Alhamdulillah 88 anggota Hipmawan Yogyakar selamat sampai di Pangkalan Kerinci. kami balik kampung sambil menunggu situasi Merapi benar-benar aman, baru kemudian balik lagi ke Yogya untuk melanjutkan pendidikan,'' terang Ketua Hipmawan Yogyakarta Evan.
Dikatakannya, dari 88 mahasiswa yang pulang dibagi dalam dua kelompok penerbangan dengan menggunakan Lion Air. Kloter pertama sampai di SSK II Pekanbaru pukul 08.45 WIB dan sampai ke Pangkalan Kerinci pukul 11.00 WIB. Sementara gelombang kedua mahasiswa yang berangkat dari Yogyakarta sejak Kamis (11/11/10) baru sampai di bandara SSK II pukul 10.50 WIB dan sampai di Pangkalan Kerinci pukul 14.30 WIB.
''Dari bandara SSK II kami menggunakan bus Pemda Pelalawan. Di kantor Bupati tidak ada acara penyambutan karena kawan-kawan pada kelelahan semua. Langsung dijemput orang tua dan pulang ke rumah masing-masing,''ujarnya.
Sebenarnya lanjut Evan, dari data Hipmawan Yogyakarta tercatat 197mahasiswa sebelumnya sudah pulang dan kemarin 88 mahasiswa serentak dengan biaya yang ditanggung Pemkab Pelalawan.
''Masih ada mahasiswa yang menetap Jogya, juga ada yang pergi ke daerah lain yang aman dari bencana Merapi, seperti Jakarta, Bandung dan daerah lain di Pulau Jawa,''jelasnya.
Mahasiswa semester 7 Fakultas Fisipol jurusan Ilmu Pemerintahan UMJ menyebutkan kilas balik perjalanan 88mahasiswa hingga sampai ke Pangkalan Kerinci. Katanya, keberangakatan balik kampung ini dimulai sejak pukul 13.00 WIB Kamis (11/11/10) menumpangi bus dan sampai di bandara Soekarno-Hatta pukul 03.25 WIB Jumat(12/11). Di Jakarta rombongan mahasiswa disambut tim penjemputan yakni Kadis Kessos Pelalawan Amiruddin,S.Pd bersama stafnya.
Lebih jauh Evan berharap, bagi rekan mahasiswa yang sudah bertemu orang tua dan keluarganya semoga diberikan ketenangan setelah mendapat ancaman bahaya Merapi.''Kami juga berharap bencana di tanah air cepat berakhir sehingga kami bisa melanjutkan pendidikan di sana,''paparnya.
Tak lupa Evan juga menyampaikan rasa belasungkawa terhadap keluarga Supriadi, mahasiswa asal Kecamatan Pangkalan Lesung Pelalawan tewas tertimbun material panas Merapi saat menjadi relawan.''Semoga keluarga teman kami Supriadi diberikan ketabahan, kekuatan dan ketabahan dari yang Maha Kuasa,''pungkasnya.***(feb)

Sumber : www.riauterkini.com

Azmun Minta Warga Pelalawan Dukung Khalil

Written By Unknown on Senin, 08 November 2010 | 10.11





Deklarasi pasangan Khalil-Tamrin diwarnai peristiwa unik. Mantan Bupati Pelalawan Tengku Azmun Jaafar yang tengah menjalani masa hukuman berorasi lewat telephon, minta warga mendukung pasangan ini.



Riauterkini-PANGKALANKERINCI- Mantan Bupati Pelalawan Tengku Azmun Jaafar ikut memberikan sambutan secara langsung via telepon seluler, pada acara deklarasi pasangan Tengku Khalil Jaafar-Husni Tamrin Ahad (07/11/10) dilapangan Sepakbola Pangkalankerinci. Pada kesempatan tersebut Azmun hampir lima menit memberikan sambutan langsung dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang yang dihubungkan ke pengeras suara. Tak ayal, secara spontan satu persatu air mata masyarakat berjatuhan mendengar sambutan Azmun tersebut.

Kurang lebih limat menit durasi sambutan Azmun tersebut dimamfaatkan betul, untuk mencurahkan perasaanya demi kabupaten Pelalawan. Sambil terisak-isak Azmun terus bersemangat menyampaikan sambutanya, untuk masyarakat kabupaten Pelalawan. Mengawali sambutanya, Azmun beberapa kali menyampaikan ucapan selamat. Pada kesempatan tersebut ia menegaskan bahwa saat ini kondisi fisiknya dalam keadaan sehat. Meski dirinya telah berpisah jauh dengan masyarakat kabupaten Pelalawan namun, setiap hari dirinya terus memantau Pelalawan.

"Saya begitu sedih melihat dan mendengar kondisi kabupaten Pelalawan saat ini. Bahkan saya mendengar kabar ada gedung baru hingga saat ini belum diresmikan. Jalan-jalan banyak tidak terurus, bahkan kabupaten Pelalawan masuk kategori kabupaten miskin," urainya.

Beranjak dari kondisi seperti itu lanjut Azmun. Kabupaten Pelalawan butuh pemimpin yang punya visidan misi yang jelas. Dulu sewaktu dirinya memimpin kabupaten Pelalawan, ia sering meminta masukan dari abang kandungnya yakni Khali Jaafar. "Selama saya menjabat sebagai bupati saya sering minta masukan dari abang saya Khalil tentang kabupaten Pelalawan kedepan, jadi saya banyak bertukar fikiran tentang segala demi kabupaten Pelalawan, sehingga kabuoaten Pelalawan bisa bersaing dengan kabupaten lainm," imbuhnya.

Berpijak dari alasan tersebut, maka tegasnya, Khalil yang berpasangan dengan Tamrin. Mampu membawah perubahan bagi kabupaten Pelalawan. "Abangda saya dan dinda Husni Tamrin, saya optimis bisa membawa Pelalawan ke arah yang lebih baik. Sebab sebelumnnya saya juga banyak meminta masukan dari yang bersangkutan.***(feb)
Sumber : www.riauterkini.com

Kirim Saran

Nama

Email

Telepon

Saran